TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia menyangkal terlibat dalam kasus upaya pembunuhan terhadap mantan anggota intelejen Rusia, Sergey Skripal. Bantahan itu dilontarkan setelah ilmuwan Inggris menyimpulkan racun yang digunakan untuk melumpuhkan Skripal dibuat di Rusia.
“Kami belum mendengar pernyataan dari politisi Inggris atau Rusia, yang mungkin dilibatkan dalam kasus ini. Kami telah melihat sejumlah sindiran di media-media Inggris, yang kadang tidak mendorong objektivitas sama sekali. Semua laporan ini harus sesuai dengan kenyataan,” kata juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, Senin, 12 Maret 2018 seperti dikutip dari media TASS.
Baca: Agen Rahasia Rusia Diracun, Inggris Kirim Pasukan ke Salisbury
Presiden Rusia, Vladimir Putin. Alexei Nikolsky/SPUTNIK, Kremlin Pool Photo via AP
Peskov mengatakan apa yang terjadi pada Skripal tidak ada kaitannya dengan pemerintah Rusia. Skripal diketahui pernah bekerja untuk intelejen Inggris dan insiden ini pun terjadi di teritorial Inggris. Itu artinya, apa yang menimpa Skripal saat ini tidak ada urusannya dengan Rusia.
Skripal, 66 tahun, mantan intelijen Rusia dan putrinya, Julia, 33 tahun, sekarat setelah terpapar racun pada 4 Maret lalu. Mereka ditemukan dalam kondisi tidak sadar di sebuah bangku di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury. Keduanya masih di rawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Baca: TV Rusia Beritakan Kasus Eks Intelijen Diracun di Inggris
Pada 2004, Skripal ditahan keamanan federal Rusia atas tuduhan telah berkhianat. Pada 2010, dia diserahkan ke Amerika Serikat di bawah pengaturan pertukaran tahanan yang ditahan karena tuduhan mata-mata. Namun yang terjadi kemudian, dia sudah berada di Inggris.