TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina membela keputusannya untuk menaikkan anggaran pertahanan 2018 menjadi sekitar Rp 2.500 triliun atau naik 8,1 persen dari anggaran 2017.
"Bujet pertahanan Cina bukan yang terbesar, hanya seperempat dari anggaran pertahanan Amerika Serikat, dan pertumbuhannya juga bukan paling cepat," begitu dilansir media resmi China Daily seperti dikutip media Reuters, Selasa, 6 Maret 2018.
Baca: Amerika Beri Korea Utara Sanksi Keras Sepihak, Cina Meradang
Media itu juga menyatakan jika dihitung besaran anggaran pertahanan per orang dengan populasi sekitar 1,3 miliar orang, maka jumlahnya jauh di bawah negara-negara besar lain.
Editorial ini menyebut angka anggaran pertahanan Cina 2018 itu memicu tunjuk-menunjuk yang dilakukan oleh 'tersangka yang sama'.
Baca: Wow, Anggaran Militer 2018 Cina Jadi Rp 2.500 Triliun
Komandan Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat Laksamana Scott Swift menyebut kurangnya transparansi Cina mengenai besaran anggaran militernya itu menimbulkan masalah.
Tentara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) ambil bagian dalam parade militer untuk memperingati ulang tahun ke-90 berdirinya angkatan darat di markas pelatihan militer Zhurihe di Daerah Otonom Mongolia Dalam, Cina, 30 Juli 2017. China Daily/REUTERS
"Ada banyak pertanyaan muncul di benak pemimpin negara-negara di kawasan ini dan meluas ke kawasan lain mengenai apa arti besarnya anggaran itu," kata Swift.
Dia menambahkan, "Orang-orang seharusnya tidak dibuat bertanya-tanya mengenai tujuan dari peningkatan anggaran pertahanan itu. Swift mengatakan ini dalam jumpa pers seusai pertemuan meja bundar di Tokyo saat dia bertemu koleganya.
Besarnya anggaran pertahanan Cina ini mendapat perhatian dari berbagai belahan dunia, yang mencermati penggunaan dana itu untuk pengembangan berbagai kemampuan militer baru seperti pesawat jet tempur siluman, kapal induk, dan rudal-rudal anti-satelit.
Pasukan Amerika Serikat berjaga di dekat rudal Patriot dalam latihan militer NATO, Toburq Legacy 2017, dekat Siauliai, Lithuania, 20 Juli 2017. NATO menggelar latihan untuk menghadapi serangan udara. REUTERS/Ints Kalnins
Pemerintah Cina berkukuh alokasi anggaran itu transparan dan tidak menjadi ancaman bagi negara mana pun di kawasan Asia-Pasifik atau lainnya. Cina beralasan dana itu akan digunakan untuk modernisasi peralatan tua dan meningkatkan kemampuan militernya.
Namun, Cina juga diketahui semakin menunjukkan eksistensinya dalam sengketa Laut Cina Selatan dan Taiwan merdeka, yang ditolak oleh Negeri Tirai Bambu itu. Menurut media China Daily, negara tersebut berusaha kukuh membela kepentingannya di Asia Timur dan Laut Cina Selatan.
Cina merupakan salah satu produsen global berbagai peralatan tempur militer dunia, yang banyak melakukan ekspor ke berbagai negara.