TEMPO.CO, National Harbor – Sekitar sepekan setelah 17 orang siswa dan staf pengajar di sekolah di Parkland, Florida, Amerika Serikat, tewas dalam penembakan massa, ketua organisasi senapan Amerika (NRA) mengecam usulan pengetatan peredaran senjata.
Chief Executive Officer NRA, Wayne LaPierre, menuding para pengusul dan media massa sebagai orang-orang yang mengambil keuntungan dari penderitaan para korban untuk mendorong pembatasan peredaran senjata.
Baca: Jelang Penembakan Massal Amerika, Nikolas Cruz Bilang Ini
“Seperti biasa, para oportunis tidak menyia-nyiakan waktu satu detikpun untuk mengeksploitasi tragedi demi keuntungan mereka,” kata LaPierre dalam sesi yang diadakan Conservative Political Action Conference, pada Kamis, 22 Februari 2018, seperti dilansir media USA Today.
“Para pendukung kontrol senjata, dan media membenci NRA, mereka membenci Amandemen Kedua, dan mereka membenci kebebasan individual,” kata LaPierre.
Baca: Penembakan Massal di Amerika, 17 Siswa Sekolah Tewas
Nikolas Cruz. [heavy.com]
Alih-alih membatasi peredaran senjata, LaPierre menawarkan senjata gratis bagi para petugas keamanan sekolah.
“Orang jahat berjalan di antara kita dan semoga Tuhan menolong kita untuk memperkuat penjagaan sekolah dan melindungi anak-anak kita,” kata LaPierre. “Untuk menghentikan orang jahat yang membawa senjata, harus ada orang baik yang membawa senjata.”
Pernyataan ini muncul sepekan setelah para orang tua murid yang menjadi korban tewas dan luka menggalang dukungan ke berbagai pihak termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membatasi peredaran senjata.
Seperti dilansir Reuters, Nikolas Cruz, 19 tahun, menembaki siswa bekas sekolahnya Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari rumah pribadi Trump.
Foto kombinasi korban tewas dalam penembakan di sekolah menengah Marjory Stoneman Douglas, Florida. Peristiwa ini menewaskan 17 orang yang terdiri dari guru, pelatih dan pelajar. Goodhousekeeping.com
Penembakan yang terjadi pada Hari Valentine ini menewaskan 14 orang siswa dan tiga orang staf pengajar sekolah itu. Cruz, yang dikeluarkan dari sekolah setahun sebelumnya karena pelanggaran disiplin, menembaki teman-temannya setelah sebelumnya menyalakan alarm kebakaran sekolah.
Cruz menembaki para korban menggunakan senapan serbu semiotomatis AR-15, yang populer di Amerika. Cruz menyimpan senjata ini di lemari penyimpanan di rumah orang tua asuhnya.
Lewat akun Twitter pribadinya, Trump memuji Wayne dan kelompoknya, yang mendukung penjualan senjata api seluas-luasnya sebagai bentuk kebebasan individu sesuai Amandemen Kedua Konstitusi AS.
“Yang banyak orang tidak mengerti atau tidak ingin mengerti adalah Wayne, Chris, dan orang-orang lainnya bekerja sangat keras di NRA. Mereka adalah orang-orang hebat dan Patriot Besar Amerika. Mereka mencintai negara kita dan akan melakukan hal yang benar. BUAT AMERIKA HEBAT LAGI!,” begitu cuit Trump pada Kamis lalu.
Trump berjanji akan memperketat aturan pengecekan latar belakang para pembeli senjata di Amerika, menaikkan batasan minimum umum 21 tahun bagi pembeli senjata, dan mengakhiri penjualan bump stock, yang bisa membuat senapan menjadi otomatis.