TEMPO.CO, Jakarta - PBB menunda pemungutan suara yang membahas soal Suriah yang sedianya digelar Sabtu, 24 Februari 2018, sambil menunggu sikap lunak Rusia, sekutu dekat Suriah.
Jumlah korban tewas akibat serangan armada udara Suriah dukungan Rusia di Ghouta Timur meningkat menjadi 470 orang, termasuk 150 anak. "Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata 30 hari untuk penyaluran bantuan dan evakuasi," tulis Al Jazeera, Sabtu.
Baca: PBB: Suriah Tempat Paling Tak Aman Bagi Anak
Foto yang dirilis pada 20 Februari 2018 oleh kelompok Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal dengan nama White Helmets, menunjukkan anggota kelompok Pertahanan Sipil Suriah membawa seorang pria yang terluka dalam serangan udara oleh pasukan pemerintah Suriah, di Ghouta, sebuah pinggiran kota Damaskus, Suriah. (Syrian Civil Defense White Helmets, via AP)
Lembaga hak asasi manusia berbasis di London, The Syrian Observatory for Human Righs (SOHR), mengatakan dalam jumpa pers, Jumat, 23 Februari 2018, selain menewaskan 470 orang, gempuran udara pasukan pemerintah Suriah juga menyebabkan 2.330 orang cedera.
"Puluhan orang hilang, sebagian tertindih reruntuhan gedung," kata SOHR. Lembaga ini menambahkan, pasukan Suriah dukungan Rusia melanjutkan serangan ke kota yang dihuni 400 ribu orang.Foto yang diambil dari video pada 21 Februari 2018 oleh kelompok aktivis anti-pemerintah Suriah Ghouta Media Center, menunjukkan seorang pria Suriah, menggendong anaknya yang terbunuh pada serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran kota Damaskus, Suriah. Pemerintah, yang didukung oleh Rusia, bertekad untuk mengambil kembali wilayan Ghouta yang dikuasai oleh pemberontak. (Ghouta Media Center via AP)
Ghouta Timur adalah wilayah terakhir yang dikuasai pemberontak di sebelah timur Damaskus dan dikepung oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad sejak 2013.
Baca: PBB Usulkan Gencatan Senjata di Suriah, Rusia Menolak
Draf resolusi Dewan Keamanan PBB yang disiapkan oleh Kuwai dan Swedia itu untuk tujuan gencatan senjata di Suriah sehingga lembaga bantuan dapat menyalurkan makanan dan obat-obatan serta evakuasi warga yang terkepung perang.