TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi arsip digital dengan spektrometer telah digunakan pemerintah Jepang untuk membantu masyarakat memahami sejarah. Teknologi ini penting untuk mendata benda-benda purbakala agar bisa dikenang hingga 70 tahun kemudian.
Menurut Ari Ide-Ektessabi, Profesor bidang teknologi pengambilan gambar tingkat tinggi, fakultas teknik, Universitas Kyoto, Jepang, pihaknya telah menggunakan teknologi ini untuk mengarsipkan benda-benda purbakala mulai dari kain sampai gunung.
Baca: Jepang Lindungi Benda Purbakala Dari Ancaman Gempa Bumi
Suasana pameran benda seni dan bersejarah di Metropolitan Art Museum, sekitar 100 koleksi dipamerkan oleh British Museum. Jepang, Tokyo, 18 April 2015. Asahi Shimbun/Getty Images
“Untuk mendokumentasikan gunung dalam arsip digital, kami mengerahkan drone (pesawat tanpa awak)” kata Ide-Ektessabi, dalam seminar 'Cultural Heritage Digital Archive' yang dilakukan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, Rabu 21 Februari 2018.
Benda-benda sejarah seperti puisi, pantun, tarian tradisional hingga permainan anak-anak tempo dulu juga bisa didokumentasikan oleh teknologi arsip digital dengan spectrometer. Teknologi ini bahkan memungkinkan masyarakat zaman sekarang mengetahui teknik menulis masyarakat zaman dahulu, yang menggunakan daun palem sebagai media untuk menulis.
“Teknologi ini resolusinya detail, memotret dengan warna asli. Terdapat spektrometer, yang bisa menganalisa warna dengan baik. Benda purbakala sekecil apa pun, jika dipotret dengan alat ini gambarnya tidak akan pecah. Teknologi ini juga membuat kita bisa mengetahui komposisi warnanya apa saja dalam sebuah lukisan atau foto,” kata Ide-Ektessabi.
Baca: Museum Iptek Jepang Akan Dipandu Robot
Bukan hanya itu, teknologi arsip digital dengan spektrometer ini juga bisa mengungkap bagaimana teknik membatik masyarakat Indonesia tempo dulu. Seluruh museum di Jepang telah menggunakan teknologi ini untuk mendokumentasikan lukisan, partisi lipat hingga bangunan kuno sebelum dibongkar dan dirakit ulang agar tahan dari bencana alam.