TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan masyarakat Jepang memiliki kesadaran yang sangat tinggi dalam melindungi benda-benda purbakala, termasuk ketika harus melindungi aset sejarah itu dari bencana alam seperti gempa bumi.
Ari Ide-Ektessabi, Profesor bidang teknologi pengambilan gambar tingkat tinggi, fakultas teknik, Universitas Kyoto, Jepang, menceritakan ada seorang biksu, yang berlari menyelamatkan diri sambil memeluk patung purbakala yang ada di kuil saat terjadi gempa bumi. Kejadian ini menggambarkan betapa berharganya benda–benda purbakala bagi masyarakat Jepang.
Baca: Kail Pancing Kuno Tertua di Dunia Ditemukan di Jepang
Seorang pengunjung melihat dari dekat, benda bersejarah yang memiliki nama The Lewis chessmen. Terdapat sekitar 100 benda bersejarah milik British Museum, yang dipamerkan di Metropolitan Art Museum. Jepang, Tokyo, 18 April 2015. Asahi Shimbun/Getty Images
“Kami ingin melindungi aset-aset budaya dari empat hal, yakni kebakaran, perang, kemiskinan dan kebodohan. Di Jepang, kami memiliki teknologi, uang dan masyarakat yang memahami nilai-nilai budaya,”ujarnya, Rabu 21 Februari 2018, di Jakarta.
Pemerintah Jepang pernah membongkar dan merakit ulang sebuah kuil kuno dari kayu yang berusia 400 tahun agar tahan dari guncangan gempa. Biaya yang dikeluarkan fantastis, tetapi pemerintah Jepang tidak ragu menggelontorkan dana, terlebih jika suatu aset budaya tersebut diakui oleh UNESCO.
“Di Jepang, sering terjadi gempa bumi sehingga dilakukan restorasi agar bangunan tahan gempa,” kata Ide-Ektessabi, yang ditemui dalam seminar mengenai 'Cultural Heritage Digital Archive' yang digelar untuk memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang.
Baca: Balai Arkeologi Teliti Gua Jepang Pantai Selatan
Dia menjelaskan dalam upaya memperkenalkan sejarah, pemerintah Jepang bersikap tegas. Yakni, pemerintah tidak akan menurunkan anggaran jika sebuah museum tidak mampu mengundang sebanyak mungkin pengunjung. Bukan hanya itu, pemerintah pun bekerjasama dengan stasiun televisi NHK, menyiarkan momen-momen saat para arkeolog dan sejarawan melakukan langkah penyelamatan benda-benda purbakala guna menyampaikan pesan kepada masyarakat betapa tak mudah menyelamatkan aset-aset sejarah.