TEMPO.CO, Jakarta - Sebelas kapal perang Cina telah berlayar ke Samudra timur Hindia pada pekan pertama Februari 2018. Langkah ini terjadi ditengah-tengah krisis politik yang sedang terjadi di Maladewa (Maldive), yang sekarang berstatus darurat.
“Jika Anda melihat pada kapal-kapal perang tersebut dan peralatan lainnya, kesenjangan antara Angkatan laut India dan Cina tidak besar,” demikian diwartakan situs dari Cina, Sina.com yang dikutip media Reuters, Ahad, 18 Februari 2018.
Baca: Pulau Maladewa dalam Keadaan Darurat, Ini yang Terjadi
Presiden Maladewa Abdulla Yameen
Dalam pemberitaan itu tidak disebutkan kapan armada kapal perang itu persisnya dikerahkan dan sudah berapa lama. Tidak dijelaskan pula apakah pengerahan itu terkait krisis konstitusi di Maladewa atau ada tujuan lain.
Armada kapal perang Cina, yang melintasi wilayah Samudra timur Hindia, diantaranya kapal-kapal penghancur dan setidaknya satu kapal perang kecil, kapal amphibi seberat 30.000 ton dan tiga kapal tanker. Kementerian Pertahanan Cina hingga berita ini diturunkan belum memberikan komentar terkait hal ini.
Baca: Isu Flu Burung, Raja Salman Batal Kunjungi Maladewa
Selama ini, pemerintah India dan Cina berebut menanamkan pengaruh di Maladewa. Persaingan kedua negara semakin terlihat setelah Presiden Maladewa, Abdulla Yameen, menandatangani inisiatif program jalur sutra moderen, yang membangun jalur perdagangan dan transportasi di seluruh Asia dan sekitarnya.
Petugas kepolisian Maladewa menahan seorang pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan tahanan politik dalam sebuah demonstrasi di Male, Maldives, 2 Februari 2018. (AP Photo/Mohamed Sharuhaan)
Sebaliknya India, berupaya keras menepis kehadiran Cina di Maladewa, termasuk saat negara itu sedang diselimuti krisis politik. Para pemimpin oposisi di Maladewa mendukung langkah pemerintah India ini, bahkan mendesak New Delhi agar ikut turun tangan terhadap krisis konstitusi, yang sekarang sedang terjadi di negara itu.