TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar akan menghadapi tuntutan hukum terkait pemukulan dan penembakan hingga tewas 10 laki-laki etnis minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Sumber di pemerintah Myanmar, yang tidak mau dipublikasi identitasnya, mengatakan langkah hukum diambil terhadap anggota militer yang terlibat pembunuhan terhadap 10 laki-laki suku Rohingya di desa Inn Din, Myanmar, pada September 2017. Jasad ke-10 warga Rohingya itu dikubur dalam kuburan massal setelah mereka dipukuli dan ditembak hingga tewas oleh pasukan militer Myanmar dan penduduk dari wilayah sekitar yang berbeda agama dengan para korban.
Baca: Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya
Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
“Langkah nyata berdasarkan hukum akan diambil terhadap tujuh pasukan keamanan, tiga aparat kepolisian dan enam penduduk desa sebagai bagian dari upaya investigasi militer,” kata juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, Minggu, 11 Februari 2018) waktu setempat, seperti dikutip dari situs al-Jazeera.
Sebelumnya pada Januari lalu, Angkatan Bersenjata Myanmar menjelaskan, pembunuhan terhadap 10 laki-laki etnis Rohingya karena mereka bagian dari 200 teroris, yang diyakini telah menyerang sejumlah pasukan keamanan. Beberapa penduduk dari wilayah tetangga menyerang beberapa teroris tersebut dengan pedang dan pasukan keamanan Myanmar menembaki mereka sampai tewas.
Tulang manusia terlihat di sebuah kuburan dangkal di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 26 Oktober 2017. Laporan pembantaian etnis Rohingya oleh militer Myanmar kembali terkuak. Sebanyak 10 pria muslim Rohingya di Inn Din dibantai dan dikubur dalam satu lubang. REUTERS
Keterangan Militer Myanmar tersebut bertolak belakang dengan informasi yang disampaikan para saksi mata kepada media. Mereka menceritakan tidak ada penyerangan terhadap pasukan keamanan di Inn Din. Sebaliknya, pasukan keamanan menahan 10 laki-laki suku Rohingya tersebut di antara ratusan orang yang ditemukan selamat di sebuah pantai terdekat.
Baca: PBB Peringatkan Myanmar Soal Pembunuhan 400 Warga Rohingya
Sejak Agustus 2017, sekitar 690.000 penduduk Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine dan menyeberangi wilayah selatan Bangladesh ketika terjadi penyerangan pada beberapa pos keamanan oleh pemberontak. Kejadian ini telah memicu sebuah perpecahan, dimana PBB menyatakan kemungkinan sudah terjadi sejumlah aksi pembantaian.