TEMPO.CO, Jakarta -Seorang remaja asal Inggris kini menjalani persidangan di Inggris karena berhasil membobol akun petinggi intelijen AS dari rumahnya.
Kane Gamble, 18 tahun, mendapatkan akses tersebut saat ia baru berusia 15-16 tahun pada Juni 2015-Februari 2016.
Ia mencuri sejumlah akses, salah satunya adalah mantan pimpinan CIA John Brennan, untuk mendapatkan akun pribadi dan rahasia pemerintah.
"Dia juga mendapatkan akses ke Wakil Direktur FBI Mark Giuliano dan jaringan intelijen," kata Jaksa Penuntut John Lloyd-Jones, seperti dikutip dari The Independent, Ahad 21 Januari 2018.
Gamble berpura-pura menjadi Brennan untuk menelepon perusahaan telekomunikasi dan mengelabui meja resepsionis sehingga ia dikira Mark Guiliano, mantan wakil direktur FBI.
Baca juga:
Hacker Indonesia Retas 27 Situs Malaysia, Ini Pesannya
Peretas Elit Rusia Curi Rahasia NSA, Kaspersky Diblokir
Ia bahkan mendapatkan akses ke akun email dan iCloud Brennan, mengambil alih kontrol iPad istri Brennan dan mendapatkan informasi sensitif mengenai operasi militer di Iran dan Afghanistan.
Lloyd-Jones, mengungkapkan remaja ini melakukan aksinya karena kesal terhadap pemerintahan AS yang dianggapnya korup dan berdarah dingin, terutama soal Afganistan dan Palestina.
“Ia menggunakan akun anonim di Twitter dan berbicara kepada sejumlah wartawan. Dia mengatakan bahwa ia merasa marah kepada pemerintahan AS. Jadi ia memutuskan melakukan hal itu.”
Seperti dlaporkan Deutsche Welle, pengadilan pun meminta keterangan dari ahli, yang menyatakan remaja itu tidak memahami konsekuensi perbuatannya karena mengidap autisme.
Psikiater forensik Dr. Steffan Davies menyatakan Gamble mengidap Autistic Spectrum Disorder (ASD) dan banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengakses komputer dan internet.
"Dia punya pemahaman hitam-putih atas apa yang terjadi, seperti bermain video game, ada yang jahat dan baik. Dia berusaha membenarkan apa yang dia lihat merupakan ketidakadilan," kata Davies.
Ahli lainnya, Dr. Phillip Joseph menyatakan Gamble mengidap autisme ringan, tapi tidak menjelaskan apa yang membuatnya bertindak demikian.
"Jika dia mengalami kondisi tersebut, tidak menjelaskan kenapa dia melakukan semua tuduhan," kata dia.
Gamble mengakui 10 tuduhan penyalahgunaan komputer dan menantikan hukumannya dalam beberapa waktu lagi. Kasus Gamble berhasil mempermalukan pemerintahan dan intelijen AS karena di usia masih belia, Gamble berhasil mengakali keamanan lembaga pemerintah negeri adidaya itu.