TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Lebanon, Gebran Bassil, mengatakan kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, bahwa negaranya berkeinginan membuka kantor kedutaan besar di Kota Yerusalem Timur.
Menurutnya, seperti dilansir media Middle East Monitor dan Times of Israel, Yerusalem Timur adalah tanah sah rakyat Palestina. Bassil mengirimkan surat kepada Presiden Abbas, yang berisi permintaan lahan sebagai lokasi untuk pembangunan kedutaan besar Lebanon di Yerusalem Timur.
Baca: Melawan Amerika Serikat, Pemimpin Islam Bertemu di Turki
Pengunjuk rasa mencoba merobohkan kawat berduri yang menghalangi jalan menuju kedutaan AS saat demonstrasi di Aukar, sebelah timur Beirut, Lebanon, 10 Desember 2017. Sejumlah demonstran berusaha menerobos keamanan di luar kedutaan dan membakar patung Presiden AS Donald Trump. AP
Bassil mengklaim, Abbas pernah berjanji kepada dia menyediakan sepetak lahan bagi Lebanon di Yeruslem Timur, daerah pendudukan Israel.
"Rencana pembangunan kedutaan besar di Yerusalem Timur itu akan dibicarakan dalam rapat kabinet, Kamis ini. Semoga Tuhan menghendaki," ucap Bassil.
Seorang wanita berorasi saat mengikuti aksi demonstrasi di kamp pengungsian Palestina di Bourj al-Barajneh di Beirut, Lebanon, 6 Desember 2017. Warga Palestina menentang keras rencana Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AP Photo/Bilal Hussein
Pernyataan Bassil ini disampaikan sehari setelah dia menemani Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengikuti pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki, Rabu, 13 Desember 2017, atas permintaan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Baca: Turki: Dunia Harus Mengakui Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina
Hasil pertemuan tersebut, 57 negara anggota OKI mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Pemerintah Lebanon ingin menjadi negara pertama yang membangun kedutaan besar di sana.