TEMPO.CO, SINGAPURA -Indonesia dan Singapura ternyata memiliki masalah yang sama dalam menghadapi eksklusivisme, ekstrimisme, radikalisme, dan maraknya kekerasan. Karena itu, menurut Teo Chee Hean, Menteri Koordinator Bidang Keamanan Nasional Singapura, semua masyarakat -- bahkan pemerintah kedua negara harus bekerja sama melawan itu semua.
" Ini adalah ancaman yang sama Indonesia maupun Singapura" kata Teo Chee Hean kepada wartawan Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Journalist Visit Programme di Museum Nasional Singapura, Selasa 3 Oktober 2017.
Teo Chee yang juga Deputi Perdana Menteri Singapura ini mengatakan, untuk menghindarkan masyarakat dari radikalisme agama, harus ada tindakan di tiga level yakni tingkat global, kawasan dan tingkat lokal. Sehingga, masing-masing tidak bisa bertindak sendiri.
Menurut Teo Chee, yang harus dilakukan adalah melakukan kontekstualisasi dan mempraktikkan agama ke masyarakat plural yang kita miliki. " Indonesia punya Pancasila, Singapura punya masyarakat yang multirasial dan multiagama.” ujarnya.
BACA;Radikalisme dan Ketidakpastian Ekonomi Disebut Sumbat Investasi
Selain itu menurut Teo Chee Hean, yang tak kalah penting adalah tindakan keamanan. Singapura, kata Teo Chee, sangat berterima kasih kepada Indonesia. " Karena telah berhasil menghentikan kelompok yang berniat menyerang Singapura,” ujarnya, sembari menambahkan yang ia maksud adalah kelompok Katibah Gonggong Rebus.
Menurut Teo Chee, sebanyak orang dari kelompok yang dipimpin Gigih Rahmad Dewa ini, termasuk Gigih sendiri, ditangkap polisi akhir tahun lalu. Mereka dinyatakan akan meluncurkan roket ke Singapura dari Batam. “Kami berharap agar kerja sama bisa diperkuat di masa mendatang.”
Beberapa hal lain dilakukan oleh Singapura untuk menjauhkan warganya dari radikalisme, baik yang telah terlibat maupun belum, di antaranya dengan memanfaatkan Kelompok Rehabilitasi Agama (RRG/Religious Rehabilitation Group). Kelompok bermarkas di Masjid Khadijah ini dibentuk oleh masyarakat sipil namun mendapat dukungan dari pemerintah.
“Karena bagaimanapun, orang-orang yang telah menjadi radikal tersebut sesungguhnya rakyat Singapura,” ujarnya. “Kami tak ingin menahan mereka di penjara, kami ingin membebaskan mereka dan kembali ke masyarakat sesegera mungkin.”
Teo Chee Hean juga menambahkan bahwa pemerintah Singapura tak melupakan keluarga orang-orang yang dinyatakan terlibat dalam radikalisme dan ditahan. Mereka pun dibantu. “Itu tujuan utama RRG, membantu mereka tak lagi mengikuti padangan ekstrem dan memiliki kecenderungan kekerasan, dan kembali ke keluarga dan masyarakat.”
Untuk anak-anak muda, pemerintah ingin menjamin mereka mendapat ajaran agama dari guru-guru agama dengan cara yang tepat. “Lagi, yang dikontekstualisasikan ke masyarakat di mana kita hidup,” ujarnya. Di Singapura, hanya guru agama yang mendapatkan terdaftar yang boleh mengajarkan agama ke masyarakat.
Purwani Diyah Prabandari (Singapura)