TEMPO.CO, Teheran - Sejumlah negara Barat sekutu Amerika Serikat, Jerman, Prancis dan Inggris mengecam peluncurakn roket Iran ke udara pada 27 Juli 2017.
Mereka menyampaikan kecamannya melalui sebuah surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan PBB, Rabu, 2 Agustus 2017.
Menurutnya, peluncuran roket tersebut tidak sesuai denga isi kesepakatan nuklir yang diteken oleh Iran pada Juli 2015.
Baca: Amerika Menyetujui Penghapusan Sanksi Nuklir Iran
"Simorgh adalah kendaraa peluncur udara jika dikembangkan sebagai rudal balistik akan memiliki jarak tempuh hingga 300 kilometer dan sanggup membawa kepala nuklir," isi surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan PBBB.
"Peluncuran ini sebagai sebuah ancaman dan langkah provokatif oleh Iran," bunyi surat yang disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB oleh dutar besar Amerika Serikat Nikki Hayden atas nama keempat negara Barat.
Menanggapi langkah negara-negara Barat tersebut Iran menyampaikan bantahannya. Menurut Negeri Mullah tersebut, peluncuran roket bukan pelanggaran resolusi yang mereka sepakati.
"Kami sama sekali tidak mencoba mengembangkan senjata nuklir," kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Jumat, 28 Juli 2017
Dia menjelaskan, negaranya akan melanjutkan program nuklir sepenuhnya demi kepentingan kemanusiaan bukan untuk kebutuhan militer.
Baca: Tak Peduli Sanksi, Iran Lanjutkan Program Nuklir
"Justru pemerintahan Amerika Serikat melakukan pelemahan kesepakatan nuklir," ucapnya, Sabtu, 29 Juli 2017.
Menurut duta besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, kepada wartawan di New York, Rabu, 2 Agustus 2017, peluncuran roket ke udara oleh Iran bukan sebuah pelanggaran kesepakatan.
DEUTSCHE WELLE | CHOIRUL AMINUDDIN