Menjelang Pemilu, Prancis Digoyang Unjuk Rasa Anti-Rasis

Reporter

Selasa, 2 Mei 2017 14:41 WIB

Pemilih memberikan suara di putaran pertama pemilihan presiden Prancis di Lyon, Prancis tengah, 23 April 2017. AP/Laurent Ciprian

TEMPO.CO, Paris - Peristiwa itu telah berlalu 22 tahun silam, namun masih membekas di kalangan pembela hak asasi manusia di Prancis. Pada 1 Mei 1995, sekelompok orang berkepala gundul dari sayap kanan Front Nasional (FN) melemparkan Brahim Bouarram, 29 tahun, warga keturunan Prancis-Maroko, ke dalam Sungai Seine.

Ayah dua anak yang sebelumnya berjalan kaki bersama pacarnya itu akhirnya tenggelam dan tewas di sungai lantaran tak bisa berenang.

Sejak insiden tersebut, para aktivis di Prancis memperingati pembunuhan itu di Ibukota Paris sekaligus memberikan penghormatan kepada almarhum dan seluruh korban serangan rasis.

Baca juga: Angkat Suara, Zidane Minta Warga Prancis Tak Pilih Marine Le Pen

Tahun ini, meskipun kondisinya berbeda, kerumunan orang berkumpul di ibu kota pada Senin, 1 Mei 2017, untuk menentang xenophobia pada pemilihan presiden yang akan berlangsung pekan depan.

Kedua calon presiden, Emmanuel Macron dan Marine Le Pen, berhasil melaju ke babak kedua setelah mengikuti pemilihan presiden putaran pertama, 23 April 2017.

Pada Ahad, 7 Mei 2017, jutaan warga Prancis akan memilih Macron, calon presiden unggulan, dan Le Pen, pemimpin FN di akhir putaran pemilu.

Terakhir kali sayap kanan Front Nasional berkuasa pada 2002, ketika ayah Marine, Jean-Marie Le Pen, mengalahkan Jacques Chirac.

Baca juga: Le Pen, Singkirkan Ayah Demi Elektabilitas Partai Kanan Prancis

Saat peristiwa kematian Bouarram, Jean-Marie Le Pen, berkomentar minor. "Anda mungkin akan bertanya mengapa saya tidak mengutuk hujan, hujan es, kecelakaan lalu lintas atau gempa bumi," ucapnya saat itu kepada New York Times.

Sikap dia bisa dipahami karena akar ideologi Front Nasional adalah rasisme, sehingga kematian Bouarram dianggap biasa saja.

"Kami memperingati kematian Brahim setiap 1 Mei sejak peristiwa pembunuhan berlatar belakang rasis," kata Driss El Kherchi, 56 tahun, seorang imigran yang tinggal di Prancis selama 34 tahun.

"Kami menolak rasisme, kekerasan dan pembunuhan terhadap masyarakat," katanya kepada Al Jazeera seraya menambahkan bahwa dia melawan Front Nasional selama lebioh dari 20 tahun.

Pada aksi jalanan itu, sejumlah aktivis juga berbicara mengenai perlawanan mereka terhadap rasisme dan menyerukanmemberikan hak kepada warga Afrika, Roma, Arab, Yahudi dan muslim.

Mereka juga membuang kembang ke sungai tempat Bouarram tewas sambil meneriakkan, "Tidak ada ruang untuk kaum fasis, Brahim Bouarram kami tidak akan melupakanmu!"

AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN





Berita terkait

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

1 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

1 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

2 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

8 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

13 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

18 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

26 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

26 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

27 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

31 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya