Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani menyentuh peti berisi jasad mantan Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani dalam upacara pemakamannya di Teheran, Iran, 10 Januari 2017. Ali Akbar Hashemi Rafsanjani juga merupakan tokoh penting dalam berdirinya Republik Islam Iran pada 1979. REUTERS
TEMPO.CO, Teheran - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, berterima kasih kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena telah memperlihatkan "wajah asli Amerika".
“Kami berterima kasih kepada orang ini (Trump). Apa yang sudah kita katakan selama lebih dari 30 tahun, bahwa ada korupsi politik, ekonomi, moral, dan sosial dalam sistem pemerintahan Amerika, pria ini datang dan memperlihatkannya dalam pemilu dan setelah pemilu," kata Khamenei saat berpidato di hadapan perwira militer di Teheran, seperti dikutip Time, Rabu 8 Februari 2017.
Khamenei merujuk ke kasus seorang bocah laki-laki warga negara Amerika yang difoto dalam kondisi diborgol di bandara Amerika, menyusul larangan perjalanan warga dari tujuh negara mayoritas muslim, termasuk Iran.
"Dengan melakukan apa yang dia lakukan—memborgol seorang anak berusia lima tahun—dia menunjukkan arti sebenarnya dari hak asasi manusia Amerika," kata Khamenei.
Dia juga merespons cuitan Trump pada 3 Februari, ketika Presiden AS tersebut mengatakan, "Iran bermain api. Mereka tidak menghargai betapa 'baiknya' Presiden Obama kepada mereka."
Khamenei mencemooh gagasan berterima kasih kepada mantan Presiden AS, Barack Obama. Ia menyebut Obama sebagai orang yang menjatuhkan "sanksi yang melumpuhkan" kepada Iran dan membantu menciptakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melalui tindakan destabilisasi di Irak dan Suriah.
Menanggapi pernyataan Khamenei, juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menyebutkan Iran harus mengakui kepemimpinan baru Amerika.
"Presiden Trump tidak akan tinggal diam melihat Iran melakukan pelanggaran perjanjian nuklir,” ujar Spicer dalam jumpa pers.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
35 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.