Penumpang berlindung di bawah dan balik bangku saat terjadinya penembakan secara massal yang dilakukan oleh seseorang pria di terminal Bandar Udara Internasional Fort Lauderdale-Hollywood di Florida, 6 Januari 2017. Penembakan secara massal yang dilakukan oleh seorang pria ini berlangsung selama 90 menit. AP Photo
TEMPO.CO, Fort Lauderdale—Pelaku penembakan di bandara internasional Fort Lauderdale-Hollywood, Esteban Santiago, mengaku ia dipaksa menonton sejumlah video kelompok Negara Islam Irak dan Suriah sebelum insiden terjadi.
Serangan pada Jumat siang waktu Florida, Amerika Serikat itu menewaskan lima orang dan melukai delapan lainnya.
Seperti dilansir CBS News Sabtu 7 Januari 2017, seorang sumber yang enggan disebutkan namanya mengatakan deskripsi Esteban Santiago, 26 tahun, mirip dengan seseorang yang datang ke kantor FBI di Anchorage, Alaska, dua bulan lalu.
Saat itu, pria ini melapor bahwa ia dipaksa pemerintah untuk menonton sejumlah video tentang ISIS. Agen FBI di Alaksa kemudian membawa pria ini ke rumah sakit jiwa untuk memperoleh perawatan. Namun belum diketahui mengapa kemudian Esteban melakukan serangan tersebut.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menelepon Gubernur Florida Rick Scott dan Wali Kota Broward County Barbara Sharief untuk mengucapkan bela sungkawa. Obama juga berjanji pemerintah pusat akan membantu penyelidikan insiden ini.
"Presiden atas nama rakyat Amerika, mengucapkan rasa duka yang mendalam kepada keluarga para korban. Beliau juga mendoakan kesembuhan bagi korban terluka,” kata Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSA).
Gubernur Scott juga mengunjungi bandara Fort Lauderdale sambil menggelar konferensi pers. Dalam kesempatan tersebut, Scott yang merupakan politikus Republik, mengatakan dirinya juga telah berbicara dengan presiden terpilih Donald Trump terkait insiden ini.
Tetapi Scott menolak pertanyaan wartawan soal isyu penggunaan senjata api. “Ini bukan waktunya untuk membahas masalah politis,” ujar Scott.