Presiden Republik Filipina, Rodrigo Roa Duterte, tiba dalam kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, 9 September 2016. Isu keamanan di perairan Indonesia dan Filipina akan menjadi salah satu fokus pembahasan kedua kepala negara. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta kelompok ekstremis Abu Sayyaf dan kelompok bersenjata lainnya berlibur sejenak agar penduduk Filipina dapat merayakan Hari Natal dan menyambut tahun baru dengan aman.
Berbicara kepada wartawan ketika mengunjungi markas militer di barat Mindanao di Zamboanga, Presiden Duterte dengan santai berkata, dia juga siap menjemput anggota Abu Sayyaf untuk menghadiri makan malam Natal bersama dia jika mereka berada di kampung halamannya di Davao City.
Meskipun Natal tidak dirayakan oleh masyarakat Moro, setidaknya mereka diminta mempertimbangkan keadaan umat Kristen yang menyambut Natal. "Saya ingin mengucapkan selamat hari Natal dan selamat tahun baru kepada semua orang, termasuk komunis dan Abu Sayyaf. Kita hentikan sejenak pertempuran hingga perayaan Natal berakhir," kata Duterte merujuk kepada Abu Sayyaf, seperti dikutip Philippines Star.
Presiden yang terkenal dengan kampanye melawan narkoba yang telah menewaskan sekitar 5.000 orang tersebut menambahkan, dia akan melanjutkan pertempuran setelah perayaan Natal dan tahun baru.
Dalam kunjungannya, Presiden Duterte menyempatkan diri mendatangi dan memberikan bantuan kepada 16 anggota tentara Filipina di Rumah Sakit Kem Navarn. Para tentara tersebut terluka saat bertempur dengan Abu Sayyaf di Basilan dan Sulu baru-baru ini.
"Kita harus memastikan kesejahteraan tentara terjaga. Mereka berkorban nyawa untuk negara ini," ujar Duterte. PHILIPPINES STAR | INQUIRER | YON DEMA
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.