TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku secara pribadi dia pernah membunuh tersangka kasus kriminal saat menjadi Wali Kota Davao. Ini adalah pengakuan pertama yang dibuatnya, sejak menjadi Presiden pada Juni lalu.
Duterte berbicara kepada para pemimpin bisnis di Istana Kepresidenan Senin lalu, sebelum perjalanan ke luar negeri. Ini adalah pernyataan barunya, dari serangkaian komentar kontroversial dari Duterte.
"Di Davao, saya melakukannya secara pribadi. Hanya untuk menunjukkan kepada orang-orang (Polisi), bahwa jika saya bisa melakukannya, mengapa Anda tidak bisa," kata Duterte seperti dilansir BBC.
"Dan saya akan pergi berkeliling di Davao dengan sepeda motor, dengan motor besar di sekitar, dan saya hanya akan berpatroli di jalan-jalan, mencari permasalahan juga. Aku benar-benar mencari konfrontasi sehingga saya bisa membunuh," dia menambahkan.
Pada 2015, Duterte mengaku menewaskan sedikitnya tiga orang yang diduga penculikan dan pemerkosaan di Davao. Pernyataan ini dikutuk kelompok hak asasi manusia Amnesty International, yang telah meminta dia mengakhiri ke pembunuhan.
Tapi hanya beberapa jam sebelum pernyataan terbaru Duterte di atas disampaikan, dia bersikeras kalau dirinya bukan pembunuh, dan disampaikan dalam pidato untuk The Outstanding Choice Filipina 2016.
Duterte menjabat di kota yang terletak di Selatan Filipina ini selama dua dekade, dan mendapatkan reputasi untuk memberantas kejahatan, sekaligus mendapatkan kritikan karena mendukung adanya 'Death Squads'.
Hampir 6.000 orang dilaporkan telah tewas oleh polisi, pihak yang main hakim sendiri serta orang bayaran sejak Duterte meluncurkan perang narkoba setelah terpilih pada Mei lalu.
BBC | DIKO OKTARA