Pasukan Sukarelawan Irak (Hashd al-Shaabi) menaiki kendaraan militer menuju Bandara Tal Afar, selama pertempuran dengan ISIS di Tal Afar, sebelah barat Mosul, Irak, 16 November 2016. Mereka berhasil menguasai bandara yang sebelumnya dikuasai ISIS. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Mosul - Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) makin terpuruk. Komando Angkatan Darat Irak mengumumkan, tak kurang dari 2.800 milisi ISIS tewas dalam pertempuran di Mosul dalam sebulan terakhir.
“Sedikitnya 2,801 teroris ISIS telah terbunuh semenjak dimulainya operasi Mosul pada 17 Oktober lalu,” kata petinggi militer Irak kepada ARA News, Rabu, 16 November 2016.
Angka itu belum dikonfirmasi, tapi yang pasti ISIS berada dalam situasi yang sangat merugikan. Menurut pasukan sekutu, ISIS telah kehilangan sebagian besar wilayah yang dulu dicaploknya di Irak.
Pesawat tempur sekutu terus-menerus menggempur pasukan taktis ISIS untuk membantu pasukan darat Kurdi dan Arab. Pada Oktober dan November 2016, serangan udara tersebut setidaknya menghancurkan 59 kendaraan dan 80 pos pertempuran ISIS.
Pasukan Peshmerga Kurdi betul-betul memanfaatkan bantuan udara tersebut. Mereka berhasil mengamankan daerah pedesaan yang berada di timur laut Mosul dengan merebut beberapa desa dan kota. Ibu kota distrik Bashiqa pun berhasil direbut pada minggu lalu.
Pasukan Anti-Teroris Irak juga telah merebut delapan wilayah di Mosul. Wilayah-wilayah tersebut adalah Malayan, Al Samah, Al Khadraa, Karkukli, Al Quds, Karama, Al Orbajiyah, dan Al Qadisiya al Thaniya.
Sebelum operasi militer pembebasan Mosul, jumlah milisi ISIS diperkirakan sekitar 5.000, termasuk pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Operasi militer pemerintah Irak dibantu pasukan Kurdi Peshmerga dan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah
11 hari lalu
Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memimpin delegasi untuk bertemu Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.