Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Antonio Guterres (kanan), besama dengan utusan khusus UNHCR Angelina Jolie saat mengunjungi pusat pasukan Malta di Luqa, Valletta, 14 September 2014. Sekitar 500 imigran meninggal di Mediterania setelah kapal menabrak pekan lalu. REUTERS/Justin Gatt/Armed Forces of Malta Press Office
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Portugal Antonio Guterres terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 14 Oktober 2016. Antonio unggul dari 12 calon Sekjen PBB lainnya yang mencalonkan diri. Pemilihan dilakukan oleh Majelis Umum PBB dari semua negara atas rekomendasi Dewan Keamanan.
Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Hasan Kleib mengatakan 12 calon Sekjen PBB yang mencalonkan diri sebelumnya melakukan paparan di PBB. Sembilan dari 12 calon tersebut terpilih atas rekomendasi Dewan Keamanan. Selanjutnya dewan tersebut memutuskan untuk merekomendasikan Antonio Guterres.
"Memang sejak awal dia salah satu yang sangat kelihatan menguasai United Nations," kata Hasan di Kementerian Luar Negeri di sela acara peringatan ulang tahun PBB ke-71, Jakarta, Senin, 24 Oktober 2016.
Antonio Guterres akan memulai tugasnya sebagai Sekjen PBB mulai 1 Januari 2017 untuk lima tahun. Ia akan menggantikan pejabat lama asal Korea Selatan, Ban Ki-moon.
Sebelumnya, Antonio tercatat telah menjabat sebagai Komisaris tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) selama sepuluh tahun, terhitung sejak Desember 2005 hingga Desember 2015. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil mengatasi sejumlah persoalan pengungsi di Suriah, Afganistan, dan Rohingya.
Antonio Gueterres selama ini diprediksi menjadi sekjen dari sejumlah hasil voting di kalangan dewan PBB yang selalu unggul. Rusia dan Cina yang sempat diperkirakan menjegal Antonio justru mendukungnya.