WikiLeaks: Hillary Sebut Saudi dan Qatar Biayai ISIS  

Reporter

Rabu, 12 Oktober 2016 13:27 WIB

Hillary Clinton berbicara dengan staff nya di dalam pesawat kampanyenya di White Plains, New York, yang aka berangkat ke St Louis untuk debat kedua, 10 Oktober 2016. REUTERS/Brian Snyder

TEMPO.CO, Washington, DC - Tim kampanye calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, kini berusaha memperbaiki citra kandidatnya menyusul bocoran surat elektronik atau e-mail yang dirilis WikiLeaks pada Senin, 10 Oktober 2016. Seperti dilansir Yahoo News, Rabu, 12 Oktober 2016, dalam e-mail yang ditujukan kepada John Podesta—saat itu penasihat Gedung Putih, Clinton menuding pemerintah Arab Saudi dan Qatar diam-diam membiayai kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

E-mail yang dikirim pada 17 Agustus 2014, delapan bulan sebelum Clinton mencalonkan diri sebagai calon presiden, menyebut langkah-langkah melawan ISIL—begitu ia menyebut ISIS. Podesta bekerja sebagai ketua tim kampanye Clinton sejak Januari 2015.

“Kita harus menggunakan upaya diplomatik dan intelijen untuk menekan pemerintah Qatar dan Saudi, yang menyediakan dukungan dana dan logistik untuk ISIL dan kelompok teror Sunni lain di Timur Tengah,” tulis Clinton.

E-mail ini merupakan satu dari ribuan e-mail milik akun pribadi Podesta di Gmail yang diretas dan dibocorkan WikiLeaks pekan ini. Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat secara resmi menuding Rusia dalam upaya peretasan untuk mengganggu proses kampanye pemilihan presiden.

E-mail ini diretas dan dicuri pemerintah Rusia serta digunakan WikiLeaks untuk membantu Donald Trump,” ujar Glen Caplin, juru bicara senior tim Clinton, kepada Yahoo News, Rabu, 12 Oktober 2016. “Kami tidak akan membahas materi yang berasal dari bahan curian.” Clinton sendiri menolak menanggapi berita tersebut.

Dalam kesempatan terpisah, salah seorang pembantu Clinton yang menolak disebutkan namanya menyatakan sentimen itu sudah lama. “Hillary Clinton sudah sering menyebut Saudi dan Qatar mendukung teror.” Ia menyebut pidato Clinton pada September dan November tahun lalu. Dua pidato itu secara tegas menyebutkan kedua negara terlibat dalam jaringan terorisme.

Yang menarik, saudara John Podesta, Tony Podesta, mengorganisasi salah satu perusahaan pelobi terbesar di Washington. Pada September 2015, perusahaan ini meneken kontrak dengan pemerintah Saudi. Beberapa pekan kemudian, Tony Podesta mengorganisasi pendanaan untuk kampanye Clinton dan tercatat sebagai pemberi donasi terbesar.

YAHOO NEWS | THE INDEPENDENT | SITA PLANASARI AQUADINI






Advertising
Advertising



Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

3 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

22 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

23 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

32 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

33 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

34 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

34 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

35 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

35 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

35 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya