Sejarah Kementerian Luar Negeri, Berawal dari Rumah Ini

Reporter

Editor

Natalia Santi

Sabtu, 20 Agustus 2016 08:00 WIB

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersiap memberikan keterangan pers pada acara Napak Tilas Sejarah Diplomasi Indonesia di kediaman sekaligus kantor pertama Kementerian Luar Negeri rumah Ahmad Soebardjo di Jakarta, 19 Agustus 2016. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang berbeda dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-71 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Selain bazar dan perlombaan olah raga yang tiap tahun digelar, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi melakukan napak tilas sejarah cikal bakal Kementerian yang dipimpinnya.

Jumat, 19 Agustus 2016, tepat pukul 08.00, Retno menapaki sebuah rumah di bilangan Cikini, Jakarta Pusat. Tak jauh dari stasiun kereta api. Rumah itu adalah kediaman Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia, Achmad Soebardjo. Di awal kemerdekaan, dengan segala keterbatasan, rumah ini sempat menjadi kantor Departemen Luar Negeri.

Masuk ke dalam rumah, di ruangan kerja Soebardjo di sebelah kiri, berderet tiga rak berisi buku-buku tua yang sudah termakan umur. Sebagian dibungkus dengan plastik. Sebuah mesin ketik tua tertata apik di meja. Foto-foto Soebardjo dan istri tampak berjejer serasi di meja lain.

“Saat masuk ke rumah ini, saya pribadi merasa merinding dan ingin menangis, karena setelah melihat perjalanan sejarah, ini memberikan energi baru bagi kita, energi positif untuk menjalankan diplomasi selanjutnya,” kata Retno kepada Tempo.

“Kita ingin membiasakan satu tradisi untuk menghormati sejarah, menghormati pendahulu kita yang telah memberikan kontribusinya. Ini cara kita menyampaikan terima kasih kepada mereka semua,” kata perempuan pertama yang menjadi Menteri Luar Negeri RI tersebut

Dalam acara napak tilas itu selain jajaran pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri hadir pula para mantan duta besar, juga mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Pujiwati Insia Soebardjo Effendi, 80 tahun, masih ingat saat sang ayah menjadikan rumah mereka sebagai kantor sementara. Rumah dikelilingi penjaga dengan bambu runcing. “Seluruh keluarga ikut membantu saat menyambut tamu asing, saya main piano, adik bermain biola,” kenang Pujiwati. Rumah itu tetap ramai dengan berbagai kegiatan dan seminar, hingga sang ayah tiada pada 1978.

Soebardjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896, memperoleh gelar "Meester in de Rechten" atau Sarjana Hukum dari Universitas Leiden, Belanda pada 1933.

Semasa mahasiswa dia aktif memperjuangkan kemerdekaan, dengan bergabung di organisasi kepemudaan seperti Jong Java dan Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Dia adalah anggota delegasi Indonesia pada Kongres Anti Imperialis di Belgia dan Jerman. Kembali ke Indonesia, dia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), lalu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Soebardjo diangkat menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Presidensial periode 19 Agustus 1945 - 14 November 1945. Dia kembali dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Sukiman-Suwirjo periode 1951-1952. Soebardjo juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss periode 1957-1961. Soebardjo wafat pada 15 Desember 1978.

Teuku Mohammad Hamzah Thayeb, putra TM Hadi Thayeb, salah seorang staf pertama yang direkrut Soebardjo, juga masih ingat kisah sang ayah. “Ayah saya sedang mencari obat buat nenek saat lewat di depan rumah sini dan dipanggil Om Achmad,” kenang Hamzah, mantan Duta Besar RI untuk Australia.

Tak lama 'kantor' pun pindah ke Jalan Cilacap. Di sana, situasi tidak terlalu berbeda. Tidak ada peralatan laiknya sebuah kantor. "Ayah saya mengambil garasi jadi ruangannya. Tidak ada perabot. Kotak besar di balik jadi meja, dan kotak yang lebih kecil jadi kursi,” kata Hamzah, Diplomat of the Year 2013, saat menjadi Duta Besar RI untuk Inggris ini.

Dalam acara napak tilas itu selain jajaran pejabat tinggi Kementrian Luar Negeri hadir pula para mantan duta besar, juga mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Saat ditanya Tempo apakah rumah itu akan dijadikan museum, Retno menyatakan hal itu sedang dipertimbangkan. Dewi O’Hare, putri bungsu Soebardjo menolak menyebut angka pajak yang harus dibayar untuk rumah di atas tanah sekitar 3.000 meter dengan luas bangunan sekitar 1.000 meter itu. “Pokoknya besar lah,” kata dia.
NATALIA SANTI





Advertising
Advertising

Berita terkait

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

1 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

1 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

2 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

3 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

3 hari lalu

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

Sebanyak 23 individu mendapat Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award karena telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

9 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

10 hari lalu

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

13 hari lalu

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

Sergey Lavrov terhubung dalam percakapan telepon dengan Iran Hossein Amirabdollahian sebelum serangan membahas situasi di Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

13 hari lalu

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

Serangan Iran ke Israel menuai respon berbeda para pemimpin dunia.

Baca Selengkapnya

Moskow Menyindir Israel yang Tak Pernah Mengutuk Serangan Ukraina ke Rusia

14 hari lalu

Moskow Menyindir Israel yang Tak Pernah Mengutuk Serangan Ukraina ke Rusia

Kementerian Luar Negeri Rusia merasa punya kewajiban mengutuk serangan rudal dan drone oleh Iran ke Israel pada Sabtu, 13 April 2024.

Baca Selengkapnya