Australia-PNG Tutup Pusat Tahanan Imigran di Pulau Manus  

Reporter

Rabu, 17 Agustus 2016 15:37 WIB

Angkatan Laut Australia melakukan proses evakuasi imigran gelap yang tenggelam di perairan pulau Panaitan, Pandegelang, Banten, (31/8). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Port Moresby - Pemerintah Papua Nugini (PNG) dan Australia sepakat menutup Pulau Manus sebagai pusat penahanan imigran. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Perdana Menteri PNG Peter O'Neil dan Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton di Port Moresby, ibu kota PNG, hari ini, 17 Agustus 2016.

"Papua Nugini dan Australia setuju pusat penahanan itu ditutup," kata O'Neil.

Saat ini ada 850 orang berada di dalam pusat penahanan imigran di Pulau Manus. Setengah di antaranya sudah mendapat status pengungsi.

Dutton mengatakan tak seorang pun yang saat ini ditempatkan di pusat penahanan Manus akan dikembalikan ke Australia. Opsinya, mereka tinggal di PNG atau kembali ke negara asal mereka.

"Posisi kami, dibenarkan kembali hari ini oleh PNG, bahwa tak seorang pun dari Pulau Manus akan ditempatkan kembali di Australia," kata Datton.

Pada Maret lalu, O'Neil telah menjelaskan bahwa PNG tidak memiliki sumber daya untuk memberi tempat tinggal kepada para tahanan di Pulau Manus.

Meski PNG dan Australia memang sepakat menutup pusat penahanan imigran Australia, tapi keduanya belum memastikan jadwal penutupan, termasuk ke mana seluruh pencari suaka dan pengungsi ditempatkan.

Behrouz Boochani, jurnalis warga Iran yang sudah lebih dari tiga tahun ditahan di Pulau Manus, mengatakan tidak ada masa depan yang jelas setelah kesepakatan penutupan pusat tahanan oleh PNG dan Australia.

"Mereka tidak menjelaskan kapan penjara neraka itu ditutup. Kami ingin tahu kapan tepatnya kami akan mendapatkan kemerdekaan dan ke mana kami akan pergi. Ini hak kami untuk mengetahui masa depan kami," kata Boochani kepada The Guardian.

Perintah penutupan pusat penahanan imigran Australia di Pulau Manus datang dari Mahkamah Agung PNG pada 27 April 2016 karena dianggap ilegal. Mahkamah Agung menilai pusat penahanan di Pulau Manus melanggar hak asasi orang-orang yang sedang berstatus pencari suaka. Mereka dijamin oleh sejumlah konvensi HAM internasional dan konstitusi PNG.

Pulau Manus merupakan satu pulau milik PNG. Australia menggunakan Pulau Manus sebagai pusat penahanan bagi para pencari suaka. Pada 21 Oktober 2001, di masa Perdana Menteri John Howard, pusat penahanan resmi berdiri. Pusat penahanan ini sempat ditutup pada Mei 2004 ketika pencari suaka asal Kuwait kelahiran Palestina, Aladdin Sisalem, dipindahkan ke Melbourne.

Kemudian, terjadi kerusuhan massal di Pulau Manus ketika seorang pencari suaka asal Iran Reza Berati, 23 tahun, dibunuh pada 17 Februari 2014.

ABC.NET AU | GUARDIAN | NEWS.COM.AU | MARIA RITA

Berita terkait

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

7 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri sebut Jokowi Bikin Indeks Demokrasi RI Mendekati Nol, Lebih Rendah dari Papua Nugini dan Timor Leste

41 hari lalu

Faisal Basri sebut Jokowi Bikin Indeks Demokrasi RI Mendekati Nol, Lebih Rendah dari Papua Nugini dan Timor Leste

Berdasar V-Dem Democracy Index 2024, Faisal Basri sebut Jokowi membuat indeks demokrasi mendekati nol, lebih rendah dari Papua Nugini dan Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Perang Suku di Papua Nugini Tewaskan 64 Orang, Mayat-mayat Tergeletak di Jalanan

19 Februari 2024

Perang Suku di Papua Nugini Tewaskan 64 Orang, Mayat-mayat Tergeletak di Jalanan

Papua Nugini dilanda perang suku terbesar dalam sejarah. PM Australia ikut resah.

Baca Selengkapnya

TNI Pastikan Kerusuhan di Papua Nugini Tidak Berdampak ke Indonesia

14 Januari 2024

TNI Pastikan Kerusuhan di Papua Nugini Tidak Berdampak ke Indonesia

Kapuspen TNI Mayjen Nugraha Gumilar memastikan kerusuhan yang terjadi di Papua Nugini tidak berdampak ke Indonesia. Perbatasan diklaim kondusif.

Baca Selengkapnya

Papua Nugini Berangsur Tenang setelah Pemogokan PNS Berujung Kerusuhan Massal

12 Januari 2024

Papua Nugini Berangsur Tenang setelah Pemogokan PNS Berujung Kerusuhan Massal

Tentara dan polisi berpatroli di jalan-jalan Port Moresby yang sepi sepanjang Jumat setelah Papua Nugini mengumumkan keadaan darurat

Baca Selengkapnya

Kerusuhan di Papua Nugini, KBRI Port Moresby Tingkatkan Perlindungan bagi WNI

12 Januari 2024

Kerusuhan di Papua Nugini, KBRI Port Moresby Tingkatkan Perlindungan bagi WNI

KBRI Port Moresby telah berkoordinasi dengan pemerintah dan kepolisian Papua Nugini untuk meningkatkan pelindungan dan keamanan bagi WNI

Baca Selengkapnya

Papua Nugini Rusuh Akibat Gaji PNS Dipotong: 15 Orang Tewas, Penjarahan Meluas

11 Januari 2024

Papua Nugini Rusuh Akibat Gaji PNS Dipotong: 15 Orang Tewas, Penjarahan Meluas

Papua Nugini diguncang kerusuhan setelah gaji PNS dan polisi dipotong. Aksi protes berlangsung rusuh yang mengakibatkan penjarahan.

Baca Selengkapnya

Australia dan PNG Tanda Tangani Perjanjian Keamanan 'Tingkat Keras'

7 Desember 2023

Australia dan PNG Tanda Tangani Perjanjian Keamanan 'Tingkat Keras'

Australia dan Papua Nugini (PNG) menandatangani perjanjian keamanan di mana kedua negara akan berkonsultasi jika ada serangan eksternal.

Baca Selengkapnya

Papua Nugini akan Rekrut Polisi Australia Jadi Pejabat di Kepolisian

5 Desember 2023

Papua Nugini akan Rekrut Polisi Australia Jadi Pejabat di Kepolisian

Papua Nugini akan merekrut petugas kepolisian Australia untuk posisi-posisi penting dalam kepolisian nasionalnya

Baca Selengkapnya

Daftar Negara Yang Tolak Gencatan Senjata Israel Hamas, Ada Tetangga RI

23 November 2023

Daftar Negara Yang Tolak Gencatan Senjata Israel Hamas, Ada Tetangga RI

Ada 14 negara menolak resolusi gencatan senjata Israel Hamas saat diajukan dalam Sidang Majelis Umum PBB, 27 Oktober 2023.

Baca Selengkapnya