Lebih 45 Juta Orang Hidup dalam Perbudakan Modern di Dunia  

Reporter

Selasa, 31 Mei 2016 20:05 WIB

Pekerja anak membawa penuh ikan saat panen di kota Htantabin, Yangon, Myanmar, 18 Februari 2016. Satu dari lima anak di Myanmar berusia 10-17 pergi bekerja bukannya sekolah, menurut angka dari laporan sensus di lapangan kerja yang diterbitkan bulan lalu. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Sydney - Lebih 45 juta orang, baik pria, wanita, maupun anak-anak di seluruh dunia hidup dalam perbudakan modern, dengan dua pertiga dari mereka berada di wilayah Asia-Pasifik.

Informasi itu diungkapkan dalam laporan indeks perbudakan global 2016 oleh Walk Free Foundation, sebuah inisiatif cetusan taipan Australia, Andrew Forrest, pada 2012 untuk menarik perhatian terhadap isu tersebut.

"UU Perbudakan Modern 2015 akan memiliki dampak nyata dalam bagaimana perusahaan dan negara-negara berperilaku. Ini akan semakin kuat jika diadopsi oleh sembilan negara besar lainnya di dunia, maka dunia akan menjadi tempat yang lebih aman," kata Forrest, seperti yang dilansir Sky News pada 31 April 2016.

Laporan itu mengumpulkan informasi dari 167 negara dengan 42 ribu wawancara dalam 53 bahasa berbeda untuk menentukan sejauh mana masalah itu terjadi dan bagaimana pemerintah mengatasinya.

Ada kenaikan sebesar 28 persen perbudakan dibanding dua tahun lalu yang terdeteksi melalui kegiatan pengumpulan data dan metode penelitian yang lebih baik.

Menurut laporan itu, India memiliki 18,35 juta penduduk yang terjebak dalam perbudakan, sedangkan Korea Utara memiliki persentase perbudakan tertinggi, yaitu 4,37 persen dari keseluruhan penduduk.

Negara-negara Asia menempati lima besar untuk orang-orang yang terjebak dalam perbudakan. Setelah India, menyusul Cina (3,39 juta), Pakistan (2,13 juta), Bangladesh (1,53 juta), dan Uzbekistan (1,23 juta).

Perbudakan modern mengacu pada eksploitasi menyebabkan seseorang tidak bisa lari karena ancaman, teror, pemerasan, kolusi, dan penipuan. Termasuk di dalamnya orang-orang yang dipaksa bekerja sebagai pekerja seks atau pembantu rumah tangga, atau yang diperbudak, dijerat utang, dan dipaksa bekerja di pabrik-pabrik atau di peternakan.

SKY NEWS | TIMES OF ISRAEL | YON DEMA

Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

3 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

5 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

5 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

6 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

6 hari lalu

Kemendag Dorong Ekspor Buah Manggis ke Australia, Butuh Penyedia Jasa Iradiasi

Kemendag mendorong ekspor buah sebagai implementasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Baca Selengkapnya

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

6 hari lalu

4 Fakta Tentang Kasus Penusukan di Sydney: Mengincar Wanita hingga Seorang Bayi Jadi Korban

Berikut fakta-fakta soal kasus penusukan di Mall Bondi Sidney pekan lalu yang menghebohkan Australia.

Baca Selengkapnya

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

7 hari lalu

Kegagalan di Piala Asia U-23 2024 Tak Akan Ganggu Prospek Pemain Muda Australia

Tony Vidmar mengaku tersingkirnya Timnas Australia U-23 di Piala Asia U-23 2024 tak akan mengganggu prospek jangka panjang para pemain.

Baca Selengkapnya

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

7 hari lalu

Massa Berkumpul di Bondi Beach Kenang Para Korban Serangan Penusukan di Mal Bondi Sydney

Setelah serangan penusukan yang merenggut 6 orang, ratusan orang berkumpul untuk mengenang para korban dengan menyalakan lilin dan menyanyikan himne

Baca Selengkapnya

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

7 hari lalu

Elon Musk Berdebat dengan Pemerintah Australia Soal Konten Penikaman Uskup di Sydney

Pemilik media sosial X Elon Musk menolak untuk menghapus konten media sosial tentang insiden penikaman uskup di Sydney, menentang perintah komisaris sensor Australia.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

7 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya