Greenpeace Bongkar Dokumen Perdagangan Bebas AS-Eropa  

Reporter

Senin, 2 Mei 2016 15:37 WIB

Aksi Greenpeace saat Presiden Barack Obama berkunjung ke Indonesia, November 2010

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace mengklaim mendapat bocoran dokumen rahasia yang menunjukkan kesepakatan perdagangan bebas Amerika Serikat dan Uni Eropa yang dapat menimbulkan risiko besar bagi iklim, lingkungan, dan keselamatan konsumen.

Kelompok pembela lingkungan hidup itu menyatakan akan mempublikasikan dokumen rahasia setebal 248 halaman pada Senin, 2 Mei 2016. Greenpeace akan membongkar kebobrokan negosiasi di Transatlantic Trade and Investment Partnership (TTIP)—perjanjian ambisius Amerika dan Uni Eropa yang ingin segera dirampungkan akhir tahun ini.

"Dokumen akan dipublikasikan secara online pukul 16.00 waktu Jakarta," demikian pernyataan Greenpeace dikutip dari laman Channel News Asia.

Kelompok itu menyatakan dokumen—yang diperoleh Greenpeace Belanda—mewakili dua pertiga dari rancangan TTIP pada putaran terakhir perundingan pada April. Selain itu, dokumen tersebut mencakup berbagai isu dari telekomunikasi, pangan dan pertanian, serta hambatan perdagangan.

"Dokumen-dokumen yang bocor mengkonfirmasi apa yang kita katakan untuk waktu lama: TTIP akan menempatkan perusahaan swasta di pusat pembuatan kebijakan, sehingga merugikan lingkungan dan kesehatan masyarakat," kata Direktur Greenpeace EU Jorgo Riss.

Amerika dan Uni Eropa mencapai kesepakatan perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia sejak 2013. Kesepakatan itu adalah perdagangan bebas dan kesepakatan investasi abad ke-21 yang fokus pada harmonisasi peraturan, menurunkan hambatan investasi, membuka akses ke kontrak pemerintah, serta menangani urusan-urusan baru seperti data perdagangan dan perlindungan konsumen.

Hal ini menimbulkan resistensi dan sentimen proteksionis. Kelompok kritikus mempertanyakan manfaat dari perdagangan yang lebih terbuka. Di Eropa, khususnya, ada kecurigaan bahwa TTIP akan mengikis perlindungan sosial dan konsumen untuk keuntungan bisnis besar.

Greenpeace menyatakan dokumen rahasia membuktikan bahwa perlindungan terhadap lingkungan telah lama diabaikan. Kelompok itu bahkan mengklaim hal tersebut tidak disebutkan sama sekali dalam dokumen usul dan tujuan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pekan lalu, Presiden Amerika Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel membuat pertemuan bersama untuk TTIP. Mereka menyatakan pakta besar bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang sangat dibutuhkan. Namun Presiden Prancis Francois Hollande memperingatkan pada Minggu akan menolak pakta tersebut jika mengancam sektor pertanian di negaranya.

CHANNEL NEWS ASIA | MECHOS DE LAROCHA

Berita terkait

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

7 jam lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

17 jam lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

18 jam lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

19 jam lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

22 jam lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

1 hari lalu

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

Bagaimana nasib TikTok di AS pasca-konflik panas dan pengesahan RUU pemblokiran aplikasi muncul di sana?

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

1 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

1 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

1 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Telepon Prabowo Subianto Ucapkan Selamat

1 hari lalu

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Telepon Prabowo Subianto Ucapkan Selamat

Menteri Pertahanan Amerika Serikat kembali menyampaikan ucapan selamat dari Joe Biden kepada Prabowo Subianto atas kemenangan di pilpres 2024

Baca Selengkapnya