Sejumlah penonton melarikan diri dan menolong temannya saat terjadi penyerangan bersenjata di gedung konser Bataclan, Paris, Prancis, 13 November 2015. Lebih dari 120 orang tewas saat teroris menyerang dan menyandera penonton saat sebuah konser berlangsung. Youtube.com
TEMPO.CO, Paris - Gelombang teror Paris, Jumat, 13 November 2015, sebenarnya sudah diprediksi akan terjadi. Seorang pejabat senior Israel kepada televisi Israel mengatakan dinas rahasia Israel melihat kaitan jelas antara tragedi Paris dan pemboman yang terjadi di Beirut, Kamis, 12 November 2015.
Peristiwa yang menewaskan 43 orang juga terkait dengan jatuhnya pesawat Rusia, 31 Oktober lalu, di Semenanjung Sinai yang menewaskan seluruh dari 224 orang di dalamnya.
Prancis, kata pejabat Israel itu, sudah dalam kewaspadaan tinggi sejak serangan ke majalah satire Charlie Hebdo dan pasar swalayan Yahudi Januari lalu yang menewaskan 18 orang. Serangan itu seketika menyatukan Prancis untuk membela kebebasan berbicara dan memicu demonstrasi lebih dari sejuta orang.
Namun kesatuan itu mengendur, sedangkan tokoh sayap kanan Marine Le Pen menyebut Prancis bermasalah dalam soal imigrasi dan Islam. Seperti dilansir Reuters, jika teroris-teroris ini masuk dengan memanfaatkan banjir pengungsi ke Eropa maka akan menciptakan konsekuensi-konsekuensi politik di Eropa dan Prancis.
Serangan itu telah memicu perdebatan mengenai bagaimana Eropa menangani banjir ratusan ribu pengungsi dari Suriah, Irak, dan Libya.