Seorang relawan memperhatikan mentornya memasang senjata, saat latihan untuk memerangi gerilyawan Sunni dari Negara Islam radikal Irak dan Levant (ISIL) di Baghdad (17/6). Penguasa Syiah Irak menentang panggilan Barat pada hari Selasa untuk menjangkau Sunni untuk meredakan pemberontakan di utara negara itu. REUTERS/ Ahmed Malik
TEMPO.CO, Bagdad - Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari meminta Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap basis pemberontak Sunni yang dipimpin oleh pejuang Negara Islam Irak dan Mediterania (ISIL). Permintaan tersebut disampaikan Zebari dalam acara jumpa pers pada Rabu, 18 Juni 2014, di Jeddah, Arab Saudi. "Gempuran itu untuk merontokkan mental pejuang ISIL," ucapnya.
Pernyataan keras itu datang di tengah pertempuran sengit antara pasukan keamanan Irak melawan pemberontak di kawasan kilang minyak utama negeri itu. Sekaligus klaim bahwa bala tentara pemerintah telah meraih kembali sejumlah wilayah yang sebelumnya jatuh ke tangan pemberontak.
Komandan tertinggi militer AS, Jenderal Martin Dempsey, membenarkan bahwa negaranya telah menerima permintaan dari pemerintah Irak sebagaimana disampaikan kepada Senat. "Kami telah menerima permintaan dari pemerintah Irak untuk melakukan serangan udara," kata Dempsey. "Itu demi kepentingan keamanan nasional kami untuk melawan ISIL di mana pun kami temukan."
Seusai pertemuan antara presiden dan anggota senior Kongres, Senator Mitch McConnell mengatakan kepada wartawan, "Presiden mengindikasikan bahwa beliau merasa tidak perlu mendapatkan otoritas dari kami untuk melakukan serangan." (Baca pula: Irak Tuding Arab Saudi Danai Militan Anti-Syiah)
Sejumlah pejabat Gedung Putih menganjurkan Presiden Barack Obama melakukan aksi militer sesuai dengan permintaan pemerintah Irak. Sebelumnya Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan bahwa pemerintahannya telah mulai melakukan serangan balik dan berhasil mendapatkan kemenangan dan memukul mundur pemberontak.