TEMPO.CO, Moskow – Rusia menyatakan racun bukan menjadi penyebab kematian mantan Pemimpin Palestina, Yasser Arafat. Investigasi itu dilakukan oleh Badan Forensik Biologi dan Medis Rusia, yang juga menyatakan Arafat meninggal karena faktor yang alamiah. “Itu adalah kematian yang natural, tidak ada jejak radiasi (di tubuh Arafat),” kata Kepala Badan Forensik Vladimir Uiba, seperti dilansir BBC, Jumat, 27 Desember 2013.
Pernyataan Rusia itu memperkuat hasil penelitian tim forensik Prancis (lihat: Prancis Buka Kasus Kematian Yasser Arafat) yang beberapa waktu lalu mengumumkan hasil serupa. Tim investigasi yang dibentuk Paris itu meragukan kematian Arafat akibat kontaminasi racun polonium. Namun, tim investigasi Swiss sebelumnya menyampaikan hasil yang berbeda (lihat: Racun Polonium Ditemukan di Jasad Arafat).
Mereka menemukan kandungan polonium yang cukup tinggi di jenazah Arafat. Darah dan urine pemimpim Palestina itu terbukti mengandung lebih dari 18 kali kategori normal material langka tersebut. Meski begitu, mereka belum bisa memastikan jika zat yang amat mematikan itu menjadi penyebab utama kematian Arafat 2004 lalu.
Uiba menyatakan, penyelidikan Rusia atas penyebab kematian Arafat resmi berakhir dengan pengumuman itu. Meski investigasi Swiss berbeda, dia menyatakan secara umum penyebab kematian itu bukan karena racun. “Penyelidikan Prancis memperkuat hasil investigasi kami,” ujar dia.
<!--more-->
Pengumuman itu disambut dingin oleh sejumlah pihak. Duta Besar Palestina untuk Rusia, Faed Mustafa, menghormati pengumuman tersebut. Meski begitu, dia tetap meyakini jika kematian Arafat merupakan kasus pembunuhan. Dia pun menyatakan otoritas Palestina akan terus melanjutkan investigasi tersebut.
“Kami menghormati posisi Rusia dan hasil penyelidikan tersebut, tapi kami butuh bukti akhir yang konkret dalam penyelidikan ini,” kata dia. Sedangkan Saad Djebar, pengacara istri mendiang Arafat, Suha Arafat, juga menolak investigasi Rusia. Menurutnya, pengumuman itu tidak jauh dari motif politik.
Adapun menurut Direktur Lausanne Radiophysics Institute di Swiss, Francois Bochud, menyatakan pengumuman itu hanyalah omong kosong. Dia pun menegaskan Swiss tetap dalam pernyataannya bahwa terdapat kandungan polonium yang tinggi dalam tubuh Arafat. “Dengan tidak menyampaikan data dan argumentasi ilmiah, pengumuman itu hanya sekedar pernyataan politik saja,” kata dia yang juga anggota tim investigasi Swiss.
Arafat keracunan makanan yang disantapnya di Ramallah, Palestina, dan kondisi kesehatannya menurun drastis tahun 2004 lalu. Kemudian tanggal 8 November 2004, dia dinyatakan meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Paris, Prancis. Arafat meninggal dalam usia 75 tahun dan kematiannya masih mengundang perdebatan.
AL JAZEERA | BBC | DIMAS SIREGAR
Berita Lain:
Dell Jadi Privat, Apa Pengaruhnya bagi Indonesia?
Kebakaran di Stasiun Gambir, Dua Orang Luka
Tak Punya Surat Kendaraan, Dilarang Masuk Puncak
McLaren Rancang Teknologi Pengganti Wiper
Malam Tahun Baru, Ada Rumah Sakit Lapangan