Hamas Tolak Usulan Gencatan Senjata Jika Tentara Israel Tetap di Gaza
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 31 Oktober 2024 16:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hamas telah menolak usulan gencatan senjata yang akan membebaskan sejumlah kecil sandera dan penghentian perang selama 30 hari namun pasukan Israel tetap berada di Gaza.
Sumber yang dekat dengan kelompok Palestina mengatakan bahwa mereka secara resmi menolak proposal yang diajukan oleh Qatar, Mesir dan AS meskipun ada laporan di media Israel bahwa hal itu masih dalam pertimbangan. Hamas bersikeras bahwa kesepakatan gencatan senjata pada akhirnya harus mengarah pada penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Mesir dan Qatar telah bertindak sebagai mediator antara Israel dan Hamas selama berbulan-bulan.
Pada November, kesepakatan pertukaran tahanan menghasilkan pembebasan sekitar 100 tawanan Israel dengan imbalan sekitar 240 tahanan Palestina.
Tahap pertama dari kesepakatan baru yang diusulkan akan membebaskan 11 hingga 14 warga Israel, termasuk wanita dan orang tua, dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang tidak ditentukan dan gencatan senjata selama 30 hari.
Meskipun usulan saat ini tampaknya tidak akan berhasil, sejumlah pejabat mengatakan kepada media berita Israel Maariv bahwa sejumlah pejabat Amerika yang terlibat dalam pembicaraan tersebut berharap tercapainya kesepakatan gencatan senjata sebelum pemilu AS pada tanggal 5 November. Pada tanggal 5 Oktober, militer Israel melancarkan serangan baru di Gaza utara.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, memperkirakan sekitar 400.000 orang masih berada di Gaza utara, termasuk Kota Gaza. Sejak perang Israel di Gaza dimulai hampir 13 bulan lalu, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 43.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 100.000 orang. Lebih dari 10.000 orang hilang dan diduga tewas tertimpa reruntuhan.
Setidaknya 17.000 anak-anak dan hampir 12.000 wanita termasuk di antara yang tewas, menurut kantor media pemerintah yang berpusat di Gaza.
MIDDLE EAST EYE
Pilihan editor: Siapa Penemu Benua Australia? Ini Sejarahnya