Reaksi atas Ditemukannya Enam Jenazah Sandera Israel di Terowongan Gaza
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 2 September 2024 03:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Enam jenazah sandera Israel ditemukan di sebuah terowongan di Jalur Gaza selatan, demikian diumumkan militer Israel, Minggu, 1 September 2024. Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa mayat seorang tawanan Israel-Amerika termasuk di antaranya.
Pihak militer mengatakan bahwa mayat-mayat tersebut ditemukan pada Sabtu "dari terowongan bawah tanah di daerah Rafah" dan dikembalikan ke Israel di mana mereka secara resmi diidentifikasi. Mereka termasuk di antara 251 orang yang ditawan pada 7 Oktober, 97 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 33 orang yang diklaim oleh militer Israel telah tewas.
Berikut reaksi dan tanggapan tentang temuan enam jasad sandera tersebut:
Pemerintah AS
Biden mengatakan bahwa "para pemimpin Hamas akan membayar kejahatan ini" dan berjanji untuk terus bekerja sepanjang waktu untuk mencapai kesepakatan guna mengamankan pembebasan para tawanan yang tersisa.
"Sudah saatnya perang ini berakhir," katanya kepada para wartawan di Delaware. "Kita harus mengakhiri perang ini."
Sementara itu wakilnya yang juga kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, menggemakan pernyataannya, dengan mengatakan bahwa Hamas "harus dilenyapkan" dan tidak bisa dibiarkan menguasai Jalur Gaza.
PM Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Minggu, mengatakan bahwa Israel berkomitmen untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan namun ia menyalahkan Hamas karena menolak untuk menerima proposal yang telah disepakati dengan Amerika Serikat.
Ia mengatakan bahwa pembunuhan keenam sandera, tak lama sebelum mereka ditemukan oleh pasukan Israel di sebuah terowongan di bawah kota Rafah, Gaza selatan, menunjukkan bahwa Hamas tidak tertarik untuk menghentikan pertempuran.
"Siapa pun yang membunuh sandera tidak tertarik dengan kesepakatan," katanya dalam sebuah pernyataan setelah kembalinya jenazah keenam sandera.
Menhan Israel Yoav Gallant
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendesak Netanyahu untuk membuat kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas untuk membawa pulang para sandera yang tersisa dari Gaza, setelah temuan enam jenazah mereka yang diculik.
"Sudah terlambat bagi para korban penculikan yang dibunuh dengan darah dingin. Para korban penculikan yang masih berada dalam tawanan Hamas harus dipulangkan," katanya di platform media sosial X.
"Kabinet politik-keamanan harus segera bersidang dan membalikkan keputusan yang dibuat pada Kamis," katanya, mengacu pada keputusan kabinet untuk bersikeras mempertahankan pasukan di koridor yang disebut sebagai koridor Philadelphia, di sepanjang tepi selatan Gaza.
Desakan Netanyahu untuk mempertahankan pasukan di koridor tersebut untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata dari Mesir, secara luas dilihat sebagai salah satu hambatan utama untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas dalam perundingan yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar.
Gallant telah berulang kali berselisih dengan Netanyahu dan para menteri nasionalis religius garis keras mengenai perlunya mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan membawa pulang para tawanan yang tersisa dengan imbalan para tawanan Palestina yang ditahan Israel.