Dokter Gaza: Polio Bisa Merenggut Lebih Banyak Nyawa Daripada Bom-bom Israel
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 19 Agustus 2024 19:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal perawatan kesehatan primer di Jalur Gaza, Dr. Mousa Abed, telah memperingatkan bahwa penyebaran polio dapat merenggut lebih banyak nyawa daripada yang hilang akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, demikian dilaporkan Kantor Berita Qatar (QNA), Minggu, 19 Agustus 2024.
Dalam wawancara dengan QNA, Dr. Abed menyatakan kekhawatirannya bahwa akan ada lebih banyak wabah penyakit dan epidemi karena Gaza merupakan lingkungan yang subur di mana semua faktor risiko bertemu.
Pada pertengahan Juni, jelasnya, Kementerian Kesehatan menyatakan Jalur Gaza sebagai daerah epidemik setelah virus polio terdeteksi dalam air limbah di kota Deir Al-Balah dan Khan Yunis, yang menandakan bencana nyata yang dapat menimpa daerah tersebut.
25 Tahun Bebas Polio
Direktur Rumah Sakit Asosiasi Sahabat Pasien, Dr. Said Salah memperingatkan bahaya penyebaran polio di Gaza setelah penyakit tersebut berhasil diberantas dari wilayah Palestina selama 25 tahun berkat imunisasi rutin.
Dr. Salah mengatakan kepada QNA bahwa kembalinya virus tersebut mengancam nyawa orang-orang. Ia menekankan bahwa kebangkitan virus tersebut sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Ia meminta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengambil tindakan guna menahan penyebaran virus tersebut dan menyediakan vaksinasi yang diperlukan guna mencegah penyebarannya, dengan mencatat bahwa sebagian besar penduduk Gaza saat ini menderita kekebalan tubuh yang lemah akibat kelaparan dan kekurangan makanan bergizi yang dapat membantu tubuh mereka melawan penyakit.
Jeda kemanusiaan untuk vaksinasi
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada Jumat, 16 Agustus 2024, meminta pihak-pihak yang bertikai di Gaza untuk memberikan jaminan konkret yang menjamin jeda kemanusiaan agar kampanye vaksin polio dapat dilakukan.
Guterres, berbicara kepada wartawan di Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengimbau agar jaminan segera diberikan saat ia memperingatkan bahwa mencegah dan menahan penyebaran polio di daerah kantong itu akan membutuhkan upaya besar yang terkoordinasi dan mendesak.
"Mari kita perjelas: Vaksin utama untuk polio adalah perdamaian dan gencatan senjata kemanusiaan segera," kata Guterres, seperti dikutip Reuters.
"Tetapi bagaimanapun juga, jeda polio adalah suatu keharusan. Tidak mungkin untuk melakukan kampanye vaksinasi polio saat perang berkecamuk di mana-mana."
<!--more-->
Kasus pertama terdeteksi
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat bahwa mereka telah mendeteksi kasus polio pertama yang dikonfirmasi di Jalur Gaza di kota Deir Al-Balah pada bayi berusia 10 bulan yang belum menerima dosis vaksinasi polio apa pun.
Guterres mengatakan PBB siap meluncurkan kampanye vaksin polio di Gaza untuk anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi mengatakan "tantangannya serius."
Cakupan vaksinasi minimal 95% akan dibutuhkan selama masing-masing dari dua putaran kampanye untuk mencegah penyebaran polio dan mengurangi kemunculannya mengingat kehancuran di Gaza, kata Guterres.
Ia menambahkan bahwa kampanye yang sukses akan membutuhkan fasilitasi transportasi untuk vaksin dan peralatan pendingin di setiap langkah, masuknya para ahli polio ke Gaza, layanan internet dan telepon yang andal, dan elemen-elemen lainnya.
Bom waktu penularan
Polio terdeteksi dalam limbah di provinsi Deir al-Balah dan Khan Younis di Gaza, kata Dr. Hamid Jafari, seorang spesialis polio WHO, dalam sebuah konferensi pers awal bulan ini, seraya menambahkan bahwa ada kemungkinan virus tersebut telah beredar sejak September.
Seorang pejabat senior Barat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan mereka memahami setidaknya ada satu kasus yang dikonfirmasi dan dua kasus yang diduga terjadi di antara warga Palestina di daerah kantong itu, seraya menambahkan bahwa mungkin tidak ada jeda kemanusiaan tunggal tetapi beberapa jeda yang lebih pendek.
Bahayanya adalah ancaman wabah penyakit tidak terbatas di Gaza, yang menurut pejabat itu merupakan "bom waktu penularan." Pejabat itu menjelaskan bahwa ketika musim hujan dimulai akhir musim gugur ini, limbah mentah yang terkontaminasi dapat "terdorong" ke akuifer tempat Israel, Mesir, dan Yordania mengambil air.
Poliomielitis, yang menyebar terutama melalui jalur fekal-oral, adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan.
Anak-anak di bawah 5 tahun paling berisiko terkena penyakit virus ini, dan terutama bayi di bawah 2 tahun karena kampanye vaksinasi normal telah terganggu oleh konflik selama 10 bulan.
Tanpa layanan kesehatan yang memadai, penduduk Gaza sangat rentan terhadap wabah penyakit, kata pejabat kesehatan masyarakat dan kelompok bantuan.
Pilihan Editor: Bom Meledak di Tel Aviv Saat Menlu AS Datang ke Israel, Satu Orang Tewas