Mantan Ketua KPU Filipina Hadapi Dakwaan di AS, Terima Suap Mesin Pemungutan Suara

Reporter

Tempo.co

Jumat, 9 Agustus 2024 18:00 WIB

Andres Bautista. FOTO/youtube

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan ketua komisi pemilihan umum (KPU) Filipina didakwa oleh juri agung federal Amerika Serikat di Florida pada Kamis. Andres "Andy" Bautista diduga menerima suap dari sebuah perusahaan yang menyediakan mesin pemungutan suara untuk pemilihan umum negara itu pada 2016.

Pria berusia 60 tahun itu menghadapi satu tuduhan konspirasi untuk melakukan pencucian uang dan tiga tuduhan pencucian uang internasional atas instrumen moneter, kata Departemen Kehakiman AS dalam sebuah pernyataan.

Tiga eksekutif perusahaan mesin pemungutan suara juga didakwa atas peran mereka dalam "skema dugaan suap dan pencucian uang untuk mempertahankan dan memperoleh bisnis yang terkait dengan pemilihan umum Filipina 2016", katanya.

Departemen Kehakiman AS tidak mengidentifikasi perusahaan tersebut tetapi salah satu dari tiga eksekutif yang didakwa adalah Roger Alejandro Pinate Martinez, 49 tahun, seorang warga negara Venezuela dan penduduk Florida yang merupakan salah satu pendiri Smartmatic.

Dakwaan tersebut menuduh bahwa antara 2015-2018, Pinate, Jorge Miguel Vasquez, 62 tahun, dan yang lainnya membayar suap sebesar US$1 juta kepada Bautista.

Advertising
Advertising

Pinate dan Vasquez masing-masing didakwa dengan satu tuduhan konspirasi untuk melanggar Undang-Undang Praktik Korupsi Asing.

Seperti Bautista, Pinate, Vasquez, dan Elie Moreno, 44 tahun, warga negara ganda Venezuela dan Israel, juga didakwa dengan satu tuduhan konspirasi untuk melakukan pencucian uang dan tiga tuduhan pencucian uang internasional atas instrumen moneter.

Komisi Pemilihan Umum Filipina melarang Smartmatic tahun lalu untuk mengajukan penawaran kontrak pemilu, tetapi pengadilan tertinggi negara itu membatalkan larangan tersebut pada April.

Bautista, yang mengepalai komisi pemilihan umum dari 2015-2017, memberikan Smartmatic kontrak senilai US$199 juta untuk memasok 94.000 mesin pemungutan suara kepada Filipina dalam pemilihan presiden 2016 yang dimenangkan oleh Rodrigo Duterte.

Ia membantah melakukan kesalahan, menulis di X bahwa ia "tidak meminta atau menerima uang suap dari Smartmatic atau entitas lain".

Departemen Kehakiman dan Kantor Kejaksaan AS tidak menanggapi pertanyaan mengenai apakah Bautista berada dalam tahanan AS.

Dalam sebuah pernyataan, Smartmatic mengonfirmasi dua karyawannya telah didakwa, dengan mengatakan bahwa "terlepas dari kebenaran tuduhan tersebut dan sementara karyawan kami yang dituduh tetap tidak bersalah sampai terbukti bersalah, kami telah menempatkan kedua karyawan tersebut pada cuti, efektif segera".

"Tidak ada dugaan penipuan pemilih dan Smartmatic tidak didakwa," kata perusahaan itu.

"Para pemilih di seluruh dunia harus yakin bahwa pemilu yang mereka ikuti diselenggarakan dengan integritas dan transparansi tertinggi. Inilah nilai-nilai yang dianut Smartmatic," imbuhnya.

Smartmatic telah mengajukan gugatan terhadap Fox News dan sekutu mantan presiden Donald Trump, termasuk mantan wali kota New York Rudy Giuliani, atas klaim palsu bahwa mesinnya digunakan untuk memanipulasi hasil pemilu AS 2020.

Pilihan Editor: Tentara Filipina dan Amerika Serikat Latihan Militer Gabungan

CNA

Berita terkait

Cina Salahkan Amerika Serikat atas Kegagalan Mencapai Gencatan Senjata di Gaza

6 jam lalu

Cina Salahkan Amerika Serikat atas Kegagalan Mencapai Gencatan Senjata di Gaza

Meski ada seruan internasional yang kuat untuk gencatan senjata dan penghentian pembunuhan, Israel belum menghentikan operasi militernya

Baca Selengkapnya

Diblokir Meta, Media RT dari Rusia Buka Suara

7 jam lalu

Diblokir Meta, Media RT dari Rusia Buka Suara

RT menyebut pemblokiran oleh Meta ini sebagai hal yang 'lucu'.

Baca Selengkapnya

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

7 jam lalu

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh mengklaim munculnya perkara dugaan korupsi berupa gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menjeratnya disebabkan keraguan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Baca Selengkapnya

Pernyataan Lengkap Kaesang Soal Jet Pribadi yang Ditumpanginya ke AS

9 jam lalu

Pernyataan Lengkap Kaesang Soal Jet Pribadi yang Ditumpanginya ke AS

Mengaku menumpang teman, ini pernyataan lengkap Kaesang soal jet pribadi yang ditumpanginya ke AS.

Baca Selengkapnya

Amazon Hapus WFH, Minta Karyawan Kembali Bekerja di Kantor

11 jam lalu

Amazon Hapus WFH, Minta Karyawan Kembali Bekerja di Kantor

Amazon mewajibkan karyawannya untuk berkantor penuh lima hari dalam sepekan.

Baca Selengkapnya

Eks Penyidik KPK Sebut Teman Kaesang Pangarep Kunci Ada atau Tidaknya Gratifikasi

12 jam lalu

Eks Penyidik KPK Sebut Teman Kaesang Pangarep Kunci Ada atau Tidaknya Gratifikasi

KPK perlu periksa teman Kaesang yang ditebengi ke Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Siapa Teman Kaesang yang Kasih Tebengan Jet Pribadi Ke AS Cuma-Cuma?

13 jam lalu

Siapa Teman Kaesang yang Kasih Tebengan Jet Pribadi Ke AS Cuma-Cuma?

Kaesang tidak mengelaborasi terkait siapa teman yang dimaksudnya memberikan tumpangan ke Amerika Serikat dengan menggunakan jet pribadi.

Baca Selengkapnya

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Tuntutan Jaksa KPK Sebagai Balas Dendam

13 jam lalu

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Tuntutan Jaksa KPK Sebagai Balas Dendam

Dalam pembelaannya, Gazalba Saleh menyatakan tidak terima atas tuntutan Jaksa KPK dan membandingkannya dengan perkara gratifikasi lain.

Baca Selengkapnya

Jubir Kaesang Ceritakan Kronologi Dugaan Gratifikasi Private Jet ke Amerika Serikat

14 jam lalu

Jubir Kaesang Ceritakan Kronologi Dugaan Gratifikasi Private Jet ke Amerika Serikat

Kaesang Pangarep bersama dengan kuasa hukum Nasrullah dan juru bicaranya Francine Widjojo mendatangi gedung lama KPK.

Baca Selengkapnya

Anak Pelaku Penembak Donald Trump Akui Ayahnya Pernah ke Ukraina

19 jam lalu

Anak Pelaku Penembak Donald Trump Akui Ayahnya Pernah ke Ukraina

Oran Routh, anak pelaku penembakan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mengatakan bahwa ayahnya telah bepergian ke Ukraina

Baca Selengkapnya