Netanyahu Sesali Serangan 7 Oktober: Hamas Harus Kehilangan Gaza
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 9 Agustus 2024 09:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa dia menyesali serangan Hamas pada 7 Oktober 2024. Namun dia tidak secara eksplisit tak menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Netanyahu ditanya apakah ia akan meminta maaf selama wawancara dengan majalah Time. "Minta maaf?" katanya. "Tentu saja, tentu saja. Saya minta maaf, sangat, bahwa sesuatu seperti ini terjadi. Dan Anda selalu melihat ke belakang dan berkata, 'Bisakah kita melakukan hal-hal yang akan mencegahnya?'" katanya.
Netanyahu adalah perdana menteri Israel yang paling lama menjabat. Ia menjuluki dirinya sebagai pelindung setia keamanan Israel.
Tak lama setelah serangan 7 Oktober, Netanyahu mengunggah di media sosial bahwa dinas intelijen telah gagal mengantisipasi operasi Hamas dan memperingatkannya. Dia menghapus dan meminta maaf atas postingan tersebut setelah banyak orang Israel menuduhnya mengalihkan kesalahan dan membahayakan persatuan nasional.
Pada 7 Oktober 2024, kelompok militan Hamas melakukan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel. Sebanyak 1.198 orang tewas, sebagian besar warga sipil. Sebanyak 251 orang disandera, 111 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 39 yang menurut militer Israel telah tewas.
Kampanye militer balasan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.677 orang, menurut kementerian kesehatan wilayah itu. Tidak ada rincian perihal kematian warga sipil dan militan.
Netanyahu menegaskan kembali bahwa tujuan perang Gaza adalah untuk melenyapkan Hamas sehingga tidak menimbulkan ancaman apa pun di masa mendatang bagi Israel.
Ia ditanya apakah bersedia menerima kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan semua sandera, namun tidak mengakhiri kendali Hamas atas Jalur Gaza. Dia menjawab, "Tidak, saya tidak berpikir begitu."
<!--more-->
"Dan saya pikir ada konsensus luas di Israel bahwa jika kita melakukan itu, kita hanya akan mengalami pengulangan. Akan ada penyanderaan di masa mendatang, akan ada 7 Oktober mendatang, dan hal-hal yang lebih buruk lagi bisa saja terjadi.”
“Satu-satunya pilihan bagi Israel adalah mencapai kedua tujuan tersebut: Membebaskan semua sandera dan memenangkan perang.”
Ia juga mengatakan kepada Majalah Times bahwa dia ingin mengakhiri perang. "Besok, jika saya bisa, tetapi Hamas harus kehilangan Gaza," ujarnya.
Dia menegaskan akan merebut Gaza karena itu adalah daerah kantong Hamas, daerah kantong teroris Iran, berjarak 40 mil dari Tel Aviv. "Membiarkan mereka tetap di sana tidak hanya berarti mereka akan memiliki kemampuan untuk mengulangi kebiadaban 7 Oktober, tetapi juga akan melampaui itu," katanya.
"Ketika mereka bertindak serempak dengan poros teror Iran, dengan Hizbullah di utara, dengan Houthi dan pihak lain yang menembaki kita secara bersamaan, itu adalah sesuatu yang tidak dapat diterima."
Ia juga ditanya tentang pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pekan lalu saat berada di Iran. Meskipun pejabat Israel belum mengaku bertanggung jawab, Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut dan telah berjanji untuk memberikan tanggapan.
"Saya telah mengatakan bahwa kami tidak akan mengomentari hal itu, dan saya belum mengubah pandangan saya," kata Netanyahu.
Netanyahu juga menolak klaim bahwa Israel meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut untuk menyabotase kesepakatan gencatan senjata. Ia mengatakan bahwa sangat penting untuk menunjukkan kepada Iran bahwa Israel bukanlah domba.
"Kami dihadapkan dengan jerat kematian yang Iran coba pasang di leher kami, dan saya pikir pesan yang kami kirimkan, 360 derajat, adalah bahwa kami tidak akan menjadi domba yang digiring ke pembantaian. Israel bukanlah, bukanlah domba kurban bagi Iran atau bagi proksi mereka."
AL ARABIYA
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Bengkel Senjata AS di Ukraina hingga Israel Cabut Status Diplomatik Utusan Norwegia