Kamala Harris, Wanita Keturunan Asia Pertama yang Jadi Kandidat Capres AS

Reporter

Tempo.co

Senin, 22 Juli 2024 10:16 WIB



Harris mendapat pengakuan atas dukungannya terhadap reformasi pajak dan kesehatan, kewarganegaraan bagi imigran, dan undang-undang pengendalian senjata.

Pada tahun 2020, ia mencalonkan diri dalam pemilihan presiden AS, sebelum mengundurkan diri dan memilih calon dari Partai Demokrat Joe Biden. Ia lalu diminta oleh Biden menjadi Wakil Presiden.

Harris menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan nominasi dari partainya dan menghadapi mantan Presiden AS Donald Trump, karena upayanya untuk terpilih kembali semakin populer.

Jika Harris memenangkan nominasi, ia akan menjadi wanita keturunan India pertama yang mencalonkan diri dalam pemilihan umum di Amerika Serikat. Jika ia menang sebagai Presiden, akan menjadikannya orang India pertama sekaligus wanita pertama yang menjadi Presiden negara tersebut.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini, yang dilakukan sebelum pengumuman Biden, dari Pusat Penelitian Urusan Publik AP-NORC menemukan bahwa sekitar 6 dari 10 Demokrat yakin Kamala Harris akan bekerja dengan baik di posisi teratas. Sekitar 2 dari 10 Demokrat tidak yakin dia akan melakukannya, dan 2 dari 10 lainnya mengatakan mereka tidak cukup tahu untuk mengatakannya.

Alvin Tillery, direktur Pusat Studi Keanekaragaman dan Demokrasi di Universitas Northwestern dan seorang penjajak pendapat Demokrat, sebelumnya mengatakan Harris adalah satu-satunya kandidat yang dibutuhkan untuk bersaing dengan Trump.

"(Dari) lima kandidat penerus lainnya, hanya satu yang namanya cukup dikenal untuk menang secara nasional: Kamala Harris," kata Tillery kepada NBC Chicago.

Sementara itu calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan pada Minggu bahwa akan lebih mudah mengalahkan Kamala Harris dalam pemilihan November mendatang, dibandingkan Joe Biden. "Harris akan lebih mudah dikalahkan daripada Joe Biden," kata Trump kepada CNN.

Trump dan kampanyenya kemudian juga menyerang Biden dan Harris di media sosial. Ia mengatakan Biden tidak layak untuk melanjutkan menjabat sebagai presiden.

HINDUSTAN TIMES | REUTERS

Pilihan editor: Duta Besar Zuhairi Ajak Kader NU Belajar dari Ulama Tunisia

Berita terkait

Alasan Brunei Darussalam Masuk Daftar Hitam Pemerintah Amerika Serikat

19 menit lalu

Alasan Brunei Darussalam Masuk Daftar Hitam Pemerintah Amerika Serikat

AS menganggap negara-negara di Tingkat 3 termasuk Brunei Darussalam tidak berbuat cukup banyak untuk bertindak melawan perdagangan manusia (TPPO).

Baca Selengkapnya

Kamala Harris Serukan Perang Gaza Diakhiri

13 jam lalu

Kamala Harris Serukan Perang Gaza Diakhiri

Kamala Harris berharap Hamas Israel mau segera mengunci kesepakatan gencatan senjata, dan solusi dua negara agar stabilitas terwujud.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Berharap Bisa Bertemu Narendra Modi di Amerika Serikat

14 jam lalu

Donald Trump Berharap Bisa Bertemu Narendra Modi di Amerika Serikat

Donald Trump mengutarakan keinginan bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi pada pekan depan disela kunjungan kerja Modi ke Amerika

Baca Selengkapnya

Jubir Tegaskan Kaesang Nebeng Teman, Pemilik Jet Pribadi Ikut Terbang ke Amerika Serikat

16 jam lalu

Jubir Tegaskan Kaesang Nebeng Teman, Pemilik Jet Pribadi Ikut Terbang ke Amerika Serikat

Juru bicara Kaesang Pangarep, Francine Widjojo, menegaskan Kaesang menaiki jet pribadi bersama teman atau pemilik dari pesawat tersebut.

Baca Selengkapnya

Selain Y, KPK Buka Peluang Panggil Jokowi dalam Dugaan Gratifikasi Kaesang

18 jam lalu

Selain Y, KPK Buka Peluang Panggil Jokowi dalam Dugaan Gratifikasi Kaesang

Selain akan panggil Y, KPK buka peluang panggil Jokowi dalam dugaan gratifikasi Kaesang.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Klaim Tidak Terlibat dalam Ledakan Pager di Lebanon

19 jam lalu

Amerika Serikat Klaim Tidak Terlibat dalam Ledakan Pager di Lebanon

Amerika Serikat mengklaim bahwa pihaknya tidak mengetahui sebelumnya dan tidak terlibat dalam ledakan massal pager di Lebanon

Baca Selengkapnya

Ledakan Pager Massal di Lebanon, Hizbullah Bersumpah Balas Israel

20 jam lalu

Ledakan Pager Massal di Lebanon, Hizbullah Bersumpah Balas Israel

Hizbullah bersumpah memberikan "hukuman yang adil" kepada Israel menyusul serangkaian ledakan pager yang mematikan di seluruh Lebanon.

Baca Selengkapnya

Gold Apollo Membantah Membuat Pager yang Digunakan dalam Ledakan Lebanon

20 jam lalu

Gold Apollo Membantah Membuat Pager yang Digunakan dalam Ledakan Lebanon

Perusahaan Gold Apollo Taiwan membantah membuat pager yang digunakan dalam peledakan di Lebanon pada Selasa.

Baca Selengkapnya

Media Israel: Netanyahu Setujui Serangan Ledakan Pager di Lebanon

20 jam lalu

Media Israel: Netanyahu Setujui Serangan Ledakan Pager di Lebanon

Laporan outlet berita Israel Walla menunjukkan keterlibatan Israel dalam ledakan pager Lebanon yang menewaskan 9 orang dan melukai 2.750 orang

Baca Selengkapnya

Ledakan Massal Pager di Lebanon: Rumah Sakit Kewalahan Menampung Korban

21 jam lalu

Ledakan Massal Pager di Lebanon: Rumah Sakit Kewalahan Menampung Korban

Sejumlah rumah sakit di seluruh Lebanon kewalahan merawat hampir 3.000 pasien setelah ledakan massal pager atau alat komunikasi penyeranta pada Selasa

Baca Selengkapnya