Diejek selama Satu Dekade, Rahul Gandhi Terbukti Jadi Penghalang Kemenangan Mutlak Modi
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 5 Juni 2024 16:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi India Rahul Gandhi, yang diejek oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan para pendukungnya selama satu dekade sebagai sebuah dinasti yang tidak memiliki hak, menandai kebangkitannya yang menakjubkan pada Selasa, 4 Juni muncul di tengah-tengah sebuah aliansi yang membuat terobosan besar ke dalam kubu-kubu partai yang berkuasa.
Keturunan dari dinasti politik Nehru-Gandhi yang terkenal di India, ia memulai dua pawai lintas negara untuk menentang apa yang ia sebut sebagai politik kebencian dan ketakutan Modi, memberikan sentakan semangat kepada partai Kongres dan merehabilitasi citranya sendiri.
Dikurangi oleh kekalahan telak Modi menjadi hanya 52 kursi di majelis rendah parlemen yang beranggotakan 543 orang pada tahun 2019, Kongres tampaknya akan mendapatkan hampir dua kali lipat dari jumlah tersebut tahun ini, menurut penghitungan suara dari pemilu India.
Jumlah tersebut membatasi Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berhaluan nasionalis Hindu yang dipimpin oleh Modi menjadi kurang dari 272 kursi yang dibutuhkan untuk memenangkan mayoritas dengan sendirinya, dan partai ini harus bergantung pada sekutu-sekutunya untuk membentuk pemerintahan.
Meskipun mungkin harus duduk di luar kekuasaan untuk satu periode lagi, Kongres akan memiliki suara yang paling lantang dalam oposisi yang jauh lebih kuat, dengan Gandhi sebagai pusatnya.
Sebagai wajah oposisi yang paling menonjol, Gandhi telah menjadi target serangan dari Modi dan para pemimpin BJP lainnya, yang sering memanggilnya "sang pangeran". Ayah, nenek dan kakek buyut Gandhi semuanya pernah menjadi perdana menteri.
Selama kampanye, Gandhi, dengan rambut hitam yang dipotong pendek dan janggut berantakan, berkeliling negara ini sebagai wajah utama partainya, meskipun Kongres dipimpin oleh loyalis keluarga Mallikarjun Kharge.
"Saya pikir Rahul Gandhi akan mendapatkan pujian, tidak hanya untuk mobilisasi, untuk pawai-pawai yang dilakukannya, tetapi juga untuk terus memperjelas ideologi Kongres terhadap BJP," kata Rahul Verma, seorang analis politik dari lembaga penelitian Centre for Policy Research di New Delhi.
"Jika ada momen ketika Gandhi benar-benar muncul, itu adalah sekarang," katanya.