Nasib Bernardo Arevalo, Menang Pilpres Guatemala tapi Dihambat Rezim Lama

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 15 Januari 2024 14:15 WIB

Presiden terpilih Guatemala Bernardo Arevalo berjalan keluar dari hotelnya menuju teater Centro Cultural Miguel Angel Asturias pada hari pelantikannya, di Guatemala City, Guatemala 14 Januari 2024. REUTERS/Zoe Meyers

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Guatemala Bernardo Arevalo akhirnya bisa tiba di lokasi pelantikan yang direncanakan setelah upacara tersebut ditunda selama berjam-jam oleh anggota parlemen yang berseberangan. Penolakan ini sempat mendorong seruan internasional agar hasil pemilihan presiden dihormati.

Arevalo membagikan video kedatangannya ke teater nasional di platform media sosial X, dan mengatakan sudah waktunya untuk "merayakan musim semi baru di Guatemala."

“Sampai jumpa di alun-alun,” katanya, Minggu, 14 Januari 2024, mengacu pada lapangan umum Guatemala City tempat orang biasanya berkumpul untuk merayakan sesuatu.

Namun tidak jelas apakah acara tersebut akan berjalan sesuai jadwal, karena Kongres masih melakukan pengambilan sumpah anggota parlemen, sebuah prosedur yang harus diselesaikan sebelum Arevalo secara resmi dinyatakan sebagai presiden dan Karin Herrera dilantik sebagai wakil presiden.

Penundaan pelantikan tersebut merupakan penolakan dari legislatif terbaru yang dihadapi Arevalo sejak ia meraih kemenangan dalam pemilu Agustus 2023, dan berjanji untuk memberantas korupsi dan memulihkan demokrasi di negara dengan jumlah penduduk terbesar di Amerika Tengah tersebut.

Penolakan ini, ditudingkan oleh Arevalo kepada Jaksa Agung yang berafiliasi dengan presiden saat ini, menggarisbawahi rapuhnya supremasi hukum Guatemala dan menyoroti tantangan yang dihadapi Arevalo dalam upayanya menepati janji kampanyenya untuk memulihkan stabilitas politik dan membasmi kejahatan terorganisir.

Pengambilan sumpah di Kongres ditunda setelah pengadilan tinggi Guatemala pada Minggu pagi memutuskan bahwa anggota parlemen dari partai Semilla, yang merupakan pendukung Arevalo, dapat mengambil kursi mereka sebagai independen, sebuah langkah yang melemahkan kehadiran partai tersebut dan melemahkan kekuasaan presiden terpilih. Pengadilan mengatakan akan bersidang pada hari Senin untuk membahas masalah ini lebih lanjut.

Para pendukung Arevalo mengancam akan menyerbu Kongres selama penundaan tersebut, ketika polisi dengan perlengkapan anti huru hara berkumpul di jalan-jalan. Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin menyerukan agar kemenangan pemilu Arevalo dihormati.

Advertising
Advertising

Samantha Power, kepala Badan Pembangunan Internasional AS, mengatakan "tidak ada keraguan" bahwa Arevalo adalah presiden dan menyerukan ketenangan.

Taiwan, yang memelihara hubungan diplomatik dengan Guatemala, juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka “dengan jelas” mengakui Arevalo dan Herrera sebagai presiden dan wakil presiden negara tersebut.

Menteri Luar Negeri Honduras Enrique Reina menyerukan agar pelantikan Arevalo dihormati, dengan mengatakan bahwa dia berbicara atas nama delegasi yang hadir saat Pemilu Guatemala, termasuk dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) dan Uni Eropa.

“Rakyat Guatemala menyatakan keinginan demokratis mereka dalam pemilu yang adil, bebas dan transparan, yang didukung oleh komunitas internasional melalui misi pengawasan pemilu. Keinginan tersebut harus dihormati,” kata Reina.

Kemenangan Arevalo Dirongrong

Sejak Arevalo memenangkan pemilihan presiden, jaksa agung, yang dipandang sebagai sekutu Presiden Alejandro Giammattei, telah meningkatkan upaya untuk mendiskreditkan kemenangannya dan menghambat transisinya.

Jaksa Agung mencoba untuk mencabut kekebalan hukum Arevalo dan Herrera, berupaya untuk menangguhkan partainya, Semilla, dan membatalkan pemilu. Upaya “kudeta”, sebagaimana istilah Arevalo, telah menarik puluhan ribu warga Guatemala turun ke jalan.

Kantor Kejaksaan Agung membantah pihaknya berupaya melakukan kudeta dan membela tindakannya sesuai dengan kerangka hukum Guatemala.

Komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, telah memberikan tekanan besar pada pemerintahan Giammattei untuk melanjutkan peralihan kekuasaan.

Bulan lalu, pemerintah AS memberlakukan pembatasan visa tambahan terhadap hampir 300 warga negara Guatemala termasuk 100 anggota parlemen dari Kongres unikameral yang beranggotakan 160 orang, yang dituduh merusak demokrasi di negara Amerika Tengah tersebut.

Meskipun menang telak dalam pemilihan presiden, Semilla – sebuah partai sosial demokrat, aktivis lingkungan dan progresif – hanya memenangkan 23 dari 160 kursi di badan legislatif.

REUTERS

Pilihan Editor Hamas Sebut Banyak Sandera Kemungkinan Terbunuh karena Israel

Berita terkait

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

22 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Menteri Jokowi Berdalih Bansos Tak Terkait Pemilihan Presiden

39 hari lalu

Menteri Jokowi Berdalih Bansos Tak Terkait Pemilihan Presiden

Menteri Jokowi berdalih bantuan sosial atau bansos tak terkait pemilihan presiden.

Baca Selengkapnya

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

47 hari lalu

Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Presiden di Amerika Serikat

Pada pemilihan Presiden AS, Joe Biden akan tanding ulang dengan Donald Trump. Bagaimana sistem pemilu di Amerika Serikat?

Baca Selengkapnya

Sah! Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Menlu AS, Siap Bekerja Sama

56 hari lalu

Sah! Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Menlu AS, Siap Bekerja Sama

Prabowo mendapat ucapan selamat dari Antony Blinken, Menlu Amerika Serikat setelah sah diumumkan KPU sebagai pemenang pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Stop Bansos Beras Juni Tahun Ini, Apa Alasannya?

15 Maret 2024

Jokowi Stop Bansos Beras Juni Tahun Ini, Apa Alasannya?

Presiden Joko Widodo mengatakan bansos beras hanya akan sampai Juni 2024. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Sah, Biden Vs Trump di Pilpres AS Bakal Terulang Lagi!

14 Maret 2024

Sah, Biden Vs Trump di Pilpres AS Bakal Terulang Lagi!

Dalam pilpres AS tahun ini, Biden vs Trump akan kembali terulang dalam memperebutkan suara rakyat Amerika.

Baca Selengkapnya

Polisi Jadi Saksi Sengketa Pemilu di MK, Kompolnas: Harus Dapat Izin Atasan

13 Maret 2024

Polisi Jadi Saksi Sengketa Pemilu di MK, Kompolnas: Harus Dapat Izin Atasan

Kompolnas bakal ikut mengawasi sengketa pemilu di MK, yang melibatkan personel polisi sebagai saksi.

Baca Selengkapnya

Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Raja Yordania, Disapa My Brother

13 Maret 2024

Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Raja Yordania, Disapa My Brother

Raja Yordania menelepon Prabowo Subianto untuk memberi ucapan selamat. Prabowo mengatakan ia memiliki memori indah di Amman.

Baca Selengkapnya

Belum Ucapkan Selamat, Gedung Putih Tiba-tiba Kirim Pesan ke Prabowo

7 Maret 2024

Belum Ucapkan Selamat, Gedung Putih Tiba-tiba Kirim Pesan ke Prabowo

Prabowo pernah dilarang masuk ke AS karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan, ia diundang ke sana.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Hak Angket Tak Bisa Batalkan Hasil Pemilu, Ganjar: Cara Terbaik Saat Ini

24 Februari 2024

Pakar Sebut Hak Angket Tak Bisa Batalkan Hasil Pemilu, Ganjar: Cara Terbaik Saat Ini

Hak angket milik DPR RI tidak akan bisa membatalkan hasil Pemilu 2024, namun menurut Ganjar adalah cara terbaik dengan kondisi pemilu seperti ini

Baca Selengkapnya