Kosovo: Pengerahan Pasukan Serbia di Perbatasan Mirip Rusia ketika Akan Serbu Ukraina

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 2 Oktober 2023 16:45 WIB

Tentara Pasukan Kosovo AS (KFOR), di bawah NATO, berjaga di dekat kantor kota di Leposavic, Kosovo 31 Mei 2023. REUTERS/Fatos Bytyci

TEMPO.CO, Jakarta - Kosovo menilai pengerahan pasukan Serbia di perbatasan kedua negara seperti perilaku Rusia terhadap Ukraina sebelum invasi. Itu sebabnya menteri luar negeri Kosovo mendesak Uni Eropa mengambil tindakan terhadap Beograd seperti membekukan status pencalonannya.

Peringatan itu muncul setelah Amerika Serikat mengatakan pada hari Jumat, 29 September 2023, bahwa pihaknya memantau pengerahan militer Serbia yang meresahkan di sepanjang perbatasan Kosovo sehingga mengganggu stabilitas wilayah tersebut, dan NATO mengizinkan tambahan pasukan penjaga perdamaian di Kosovo.

“Belum pernah ada konsentrasi pasukan seperti ini dalam beberapa tahun terakhir,” kata Menteri Luar Negeri Kosovo Donika Gervalla-Schwarz kepada stasiun televisi Jerman Deutschlandfunk, Senin, 2 Oktober 2023. “Persenjataan yang mereka miliki di sana, tank-tank – ini memberi kami firasat buruk karena kami tidak tahu bagaimana masyarakat internasional akan menanggapinya.”

Ia mengatakan hal ini bukan hanya disebabkan oleh konsentrasi pasukan di pinggiran bekas provinsi selatannya, yang kemerdekaannya tidak diakui oleh Beograd, namun juga retorika Serbia dan “metode” mereka yang menyerupai perilaku Rusia terhadap Ukraina.

"Itulah mengapa penting untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan," katanya.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan pekan lalu bahwa dia tidak bermaksud memerintahkan pasukannya melintasi perbatasan ke Kosovo karena eskalasi konflik akan merugikan aspirasi Beograd untuk bergabung dengan UE.

Ketegangan meningkat antara kedua negara sejak kontak senjata antara polisi Kosovo dan etnis Serbia bersenjata yang terjadi di biara mengubah sebuah desa yang tenang di Kosovo utara menjadi zona perang 10 hari lalu.

Kosovo, yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008 setelah pemberontakan gerilya dan intervensi NATO tahun 1999, menuduh Serbia mempersenjatai dan mendukung kelompok etnis Serbia bersenjata.

Advertising
Advertising

Serbia menuduh Kosovo memicu kekerasan karena gagal menerapkan kesepakatan yang sudah berlangsung satu dekade, yang mengatur otonomi lokal bagi warga etnis Serbia di wilayah utara negara itu, tempat mereka menjadi mayoritas.

“Vucic tidak akan membiarkan hal ini terjadi jika kata-kata yang jelas tidak diucapkan dan dia tidak melihat konsekuensi atas tindakannya,” kata Menlu Gervalla-Schwarz dan menyebutkan bahwa tindakan tersebut dapat mencakup penangguhan dana Uni Eropa untuk Serbia dan status pencalonan keanggotaan negara tersebut.

REUTERS

Pilihan Editor Top 3 Dunia: Warisan Mick Jagger, Eksodus dari Nagorno-Karabakh, Hasil Pemilu Maladewa

Berita terkait

Menantu Donald Trump Ingin Bangun Hotel Mewah di Gedung Bekas Barak Tentara di Serbia

1 hari lalu

Menantu Donald Trump Ingin Bangun Hotel Mewah di Gedung Bekas Barak Tentara di Serbia

Menantu mantan Presiden Donald Trump dan seorang mantan ajudan di Gedung Putih menandatangani sebuah kontrak dengan Serbia untuk membangun hotel mewah

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

5 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

5 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

6 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya