Kilicdaroglu Lelah Difitnah, Sebut Erdogan "Pembuat Video Palsu"
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 24 Mei 2023 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat penantang kursi kepresidenan menuduh Presiden Tayyip Erdogan sebagai "perakit" setelah dia mengutip video palsu untuk menuduh hubungan oposisi dengan kelompok militan Kurdi yang dilarang menjelang pemilu Turki putaran kedua pada Minggu.
Erdogan mengulangi tuduhan itu dan mengacu pada video yang telah direkayasa, gambar-gambar rekaman yang diedit tentang Kemal Kilicdaroglu dan seorang militan Kurdi, dalam sebuah wawancara dengan penyiar negara TRT pada Senin malam, 22 Mei 2023, meskipun telah dikritik oleh oposisi karena menayangkannya di awal kampanyenya.
Dari mana video itu berasal belum diketahui.
Menanggapi dalam sebuah Tweet, Kilicdaroglu berkata: "Saya lelah difitnah, tetapi dia tidak lelah memfitnah saya."
Lawan-lawan Erdogan melihat tuduhan-tuduhan itu sebagai gejala lanskap media yang sangat mendukung Erdogan setelah satu dekade transformasi, pemenjaraan jurnalis, dan penutupan media kritis. Hal ini menurut mereka telah menghadirkan refleksi realitas yang berbeda menjelang pemilihan kepada para pemilih.
Reporters Without Borders menempatkan Turki di urutan ke 165 dari 180 negara untuk kebebasan pers.
Tuduhan-tuduhan Erdogan telah menambah ketegangan politik menjelang putaran kedua, dalam sebuah pemilu yang dipandang sebagai ujian paling keras untuk sang presiden, yang berusaha memperpanjang kekuasaannya hingga tiga dekade.
Meskipun posisinya terpukul krisis biaya hidup, Erdogan muncul di depan Kilicdaroglu di babak pertama.
Berusaha memanfaatkan sentimen nasionalis, Erdogan telah berulang kali mengisyaratkan hubungan antara Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan oposisi, tanpa memberikan bukti.
Video rekayasa, yang diputar Erdogan pada kampanye 7 Mei, memuat gambar yang diambil dari video kampanye Kilicdaroglu dan gambar-gambar PKK dari sebuah video yang dirilis online 10 bulan lalu yang menampilkan kelompok militan menyambut panglima mereka, Murat Karayilan.
Mengacu pada video itu dalam wawancara, Senin, 22 Mei 2023, Erdogan sekali lagi menuduh Kilicdaroglu bekerja sama dengan PKK, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki dan sekutu Baratnya, dan yang telah melancarkan pemberontakan sejak 1984 yang menewaskan lebih dari 40.000 orang.
"Kilicdaroglu merekam video dengan teroris di Qandil," kata Erdogan, merujuk pada pangkalan PKK di pegunungan Qandil Irak. "Direkayasa atau tidak, mereka merekam video dengan orang-orang di Qandil, dan anggota PKK menunjukkan dukungan mereka kepada Kilicdaroglu dengan video," katanya.
Kilicdaroglu, dalam tanggapannya di Twitter, menyatakan Erdogan sebagai "pembuat (video) palsu." Puluhan pengguna media sosial yang berpengaruh juga mengungkapkan kemarahan mereka, dengan tren "montaj" (montase) #4 di Twitter di Turki pada Selasa sore, 23 Mei 2023.
<!--more-->
Menghina Erdogan
Erdogan unggul dari Kilicdaroglu di putaran pertama pada 14 Mei. Senin, Erdogan menerima dorongan untuk kampanye pemilihan ulang dengan memperoleh dukungan dari nasionalis garis keras yang berada di urutan ketiga.
Menanggapi Kilicdaroglu dalam sebuah cuitan, Fahrettin Altun, direktur komunikasi kepresidenan Turki, menuduhnya menghina presiden. Orang-orang akan "memberi pelajaran" kepada mereka yang menghina Erdogan, katanya.
Emre Kizilkaya, ketua komite nasional Institut Pers Internasional (IPI) yang berpusat di Wina, mengatakan bahwa Turki telah mengalami "tingkat disinformasi terorganisir yang tak tertandingi" selama kampanye pemilu baru-baru ini.
“Kebenaran dan informasi faktual telah mendapat serangan terkoordinasi dari berbagai sumber, dengan pemerintah memainkan peran sentral dalam fenomena yang meresahkan ini, sebagaimana dibuktikan oleh taktik Erdogan untuk menodai oposisi melalui berbagai saluran”, katanya.
Kilicdaroglu mendapat dukungan dari aliansi enam partai, selain dukungan dari Partai HDP pro-Kurdi - yang menghadapi kemungkinan larangan terkait dengan PKK, yang dibantahnya. Erdogan sering menuduh HDP memiliki ikatan semacam itu.
REUTERS
Pilihan Editor: PBB Butuh Rp5 T untuk Bantuan Myanmar dan Bangladesh yang Dilanda Topan