Begini Komentar Para Menlu Uni Eropa Soal Dubes China yang Pertanyakan Kedaulatan Ukraina
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Selasa, 25 April 2023 15:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika ditanya mengenai posisi Krimea dalam kaitannya dengan Ukraina, Duta Besar China, Lu Shaye menyatakan bahwa secara historis, wilayah tersebut merupakan bagian dari Rusia. Ia menambahkan bahwa mantan pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev, yang telah menawarkan Krimea kepada Ukraina.
"Negara-negara bekas Uni Soviet ini tidak memiliki status sebenarnya dalam hukum internasional karena tidak ada kesepakatan internasional untuk mewujudkan status kedaulatan mereka," kata Shaye dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi Prancis pada hari Jumat, 21 April 2023.
Prancis hingga negara-negara Baltik kecewa
Prancis, Ukraina, dan negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lituania mengungkapkan kekecewaan mereka setelah duta besar China di Paris mempertanyakan kedaulatan negara-negara bekas Soviet. Prancis menanggapi dengan menyatakan "solidaritas penuh" dengan semua negara sekutu yang terkena dampak, yang telah memperoleh kemerdekaan mereka "setelah puluhan tahun ditindas".
"Khususnya di Ukraina, itu diakui secara internasional di dalam perbatasan termasuk Krimea pada tahun 1991 oleh seluruh komunitas internasional, termasuk China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Minggu, 23 April 2023.
Ia menambahkan bahwa China harus mengklarifikasi apakah komentar ini mencerminkan posisi negara itu atau tidak.
Tiga negara Baltik dan Ukraina, semuanya dulunya bagian dari Uni Soviet, bereaksi dengan cara yang sama seperti Prancis. Mereka menyatakan kekecewaan atas komentar Lu selama akhir pekan itu.
"Aneh mendengar versi absurd dari 'sejarah Krimea' dari seorang perwakilan negara yang sangat teliti tentang sejarah seribu tahunnya," tulis Mykhailo Podolyak, asisten presiden senior Ukraina, di Twitter.
"Jika Anda ingin menjadi pemain politik utama, jangan menirukan propaganda Rusia."
Lu telah mendapat reputasi sebagai salah satu diplomat "pejuang serigala" China, yang disebut gaya hawkish dan abrasif mereka. Di Prancis, Lu Shaye telah dipanggil ke kementerian luar negeri beberapa kali, termasuk ketika menyarankan orang Prancis meninggalkan orang tua di panti jompo selama pandemi COVID-19 dan menyebut seorang sarjana Cina yang dihormati di lembaga pemikir Prancis sebagai "hyena gila".<!--more-->
Komentar para Menlu Uni Eropa yang sesalkan pernyataan
Para menteri luar negeri Uni Eropa kompak menyesalkan pernyataan duta besar China untuk Prancis yang mempertanyakan kedaulatan negara-negara bekas Soviet seperti Ukraina dan negara di kawasan Baltik.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima," kata Menteri Luar Negeri Ceko Jan Lipavsky menjelang pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, Senin, 24 April 2023. "Saya harap bos duta besar itu akan meluruskan hal ini."
Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis mengatakan komentar seperti itu "sama sekali tidak dapat diterima" dan mengatakan tiga negara Baltik - semuanya sebelumnya bagian dari Uni Soviet - akan memanggil perwakilan China untuk secara resmi meminta klarifikasi dan memeriksa apakah posisinya telah berubah.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa blok 27 negara itu, pada pertemuan hari Senin akan "menilai dan mengkalibrasi ulang strategi terhadap China", dan bahwa komentar duta besar China untuk Prancis akan menjadi bagian dari diskusi.
"Kami harus melanjutkan diskusi tentang China, itu adalah salah satu masalah terpenting dari kebijakan luar negeri kami," katanya.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan dia tidak setuju dengan komentar Lu, sementara menteri luar negeri Luksemburg Jean Asselborn menyebut pernyataan Lu sebagai "kesalahan" dan mengatakan upaya sedang dilakukan untuk menenangkan keadaan.<!--more-->
Komentar China
Ditanya apakah sikap Lu mewakili posisi resmi China, juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning mengatakan Beijing menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah semua negara dan menjunjung tinggi tujuan dan prinsip Piagam PBB.
China telah "objektif dan tidak memihak" dalam masalah kedaulatan, kata juru bicara itu dalam jumpa pers reguler. Kerja sama China dengan Eropa dan negara-negara lain "tidak terbatas" seperti hubungannya dengan Rusia "tidak terbatas", kata utusan China untuk Uni Eropa. Ia memberikan jaminan tentang netralitas China atas Ukraina dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Senin.
Tidak jelas kapan Fu Cong, duta besar China untuk UE, memberikan wawancara tersebut kepada outlet berita China The Paper. Tetapi penerbitannya menjadi menarik perhatian menyusul pernyataan duta besar China untuk Prancis.
Mao Ning mengatakan bahwa Beijing menghormati status bekas negara anggota Soviet sebagai negara berdaulat setelah runtuhnya Uni Soviet. Mao mengatakan dalam jumpa pers reguler di Beijing, Senin, 24 April 2023, bahwa pernyataannya tentang kedaulatanlah yang mewakili sikap resmi pemerintah China. Pernyataannya tampaknya merupakan upaya untuk menjauhkan Beijing dari komentar Dubes China di Paris Lu Shaye dan meredakan ketegangan dengan Uni Eropa.
YUDONO YANUAR
Pilihan Editor: 7 Fakta Seputar Terungkapnya Aliran Sekte Sesat di Kenya, Presidennya Buka Suara