Ketika Warga Sudan Tidak Bisa Rayakan Idul Fitri akibat Perang

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Minggu, 23 April 2023 17:00 WIB

Tentara Sudan menggempur pangkalan pasukan paramiliter dengan serangan udara. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Pertempuran antara dua kekuatan militer di Sudan membuat warga sipil terjebak dalam teror mengerikan, bahkan di saat mereka seharusnya bisa merayakan Idul Fitri dengan damai dan suka cita.

Tentara Sudan sedang berseteru dengan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Setidaknya tiga gencatan yang mereka sepakati, termasuk jeda untuk masyarakat sekedar merayakan Lebaran, dilanggar.

Kedua pihak saling tuding sebagai pelanggar kesepakatan, sehingga masyarakat sipil tidak bisa lagi mengungsi. Setidaknya 300 warga sipil tewas akibat perang saudara ini.

Masyarakat berhari-hari terjebak di rumah atau distrik di bawah pengeboman dan dengan orang-orang bersenjata berkeliaran di jalanan.

Penduduk Khartoum dan kota-kota yang berdekatan Omdurman dan Bahri melaporkan serangan udara di dekat studoi televisi negara dan pertempuran di beberapa daerah termasuk di dekat markas tentara.

Advertising
Advertising

Seorang warga Bahri mengatakan tidak ada air atau listrik selama seminggu dan sering terjadi serangan udara. "Kami sedang menunggu pertarungan besar. Kami takut dengan apa yang akan terjadi," katanya.

Penduduk lain, Muhammad Siddiq, dari distrik Shambat Bahri, mengatakan, "Kami mengalami teror selama berjam-jam hari ini, ketika terjadi bentrokan dan baku tembak antara tentara dan RSF di lingkungan itu, dan peluru di mana-mana."

Tayangan TV menunjukkan awan asap hitam besar naik dari bandara Khartoum.

Badan amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) mengimbau perjalanan yang aman. "Kami membutuhkan pelabuhan masuk di mana kami dapat membawa staf spesialis trauma dan pasokan medis," kata manajer operasi MSF Sudan Abdalla Hussein.

Serikat dokter Sudan mengatakan lebih dari dua pertiga rumah sakit di daerah konflik tidak berfungsi, dengan 32 dokter dievakuasi paksa oleh tentara atau terjebak dalam baku tembak.

Di luar Khartoum, laporan tentang kekerasan terburuk datang dari Darfur, wilayah barat yang mengalami konflik yang meningkat sejak tahun 2003 yang menyebabkan 300.000 orang tewas dan 2,7 juta orang mengungsi.

PBB pada hari Sabtu mengatakan para penjarah telah mengambil setidaknya 10 kendaraan Program Pangan Dunia dan enam truk makanan lainnya setelah menyerbu kantor dan gudang badan tersebut di Nyala, Darfur selatan.

Keruntuhan Sudan yang tiba-tiba menjadi peperangan menghancurkan rencana untuk memulihkan pemerintahan sipil, membawa negara yang sudah miskin itu ke ambang bencana kemanusiaan dan mengancam konflik lebih luas yang dapat menarik kekuatan luar, empat tahun setelah penggulingan otokrat Omar al-Bashir.

Belum ada tanda-tanda bahwa kedua belah pihak dapat mengamankan kemenangan cepat atau siap untuk berunding. Tentara memiliki kekuatan udara tetapi RSF berkuasa di daerah perkotaan.

Panglima militer Abdel Fattah al-Burhan mengatakan pada hari Sabtu bahwa "kita semua harus duduk sebagai orang Sudan dan menemukan jalan keluar yang tepat untuk mengembalikan harapan dan kehidupan." Ini merupakan komentarnya yang paling mendamaikan sejak pertempuran dimulai.

Sebelumnya dalam bentrokan, dia menyatakan RSF sebagai pasukan pemberontak, memerintahkannya untuk dibubarkan, dan mengatakan solusi militer adalah satu-satunya pilihan.

Komandan RSF, Mohamed Hamdan Dagalo "Hemedti" mengatakan pada hari Sabtu dia tidak bisa bernegosiasi dengan Burhan.

Sejak penggulingan Bashir dan setelah kudeta 2021, Burhan dan Hemedti memegang posisi teratas di dewan penguasa yang dimaksudkan untuk menyerahkan pemerintahan sipil dan menggabungkan RSF ke dalam tentara.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO melaporkan pada hari Jumat bahwa 413 orang telah tewas dan 3.551 terluka sejak pertempuran pecah. Korban tewas termasuk setidaknya lima pekerja bantuan di negara yang bergantung pada bantuan makanan ini.

REUTERS

Pilihan Editor: Anak Jubir Putin Ikut Perang di Ukraina, Bergabung dengan Grup Wagner

Berita terkait

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

12 jam lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

3 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

4 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

4 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

BI Prediksi Penjualan Eceran April 2024 Tumbuh, Ditopang Belanja Idul Fitri

4 hari lalu

BI Prediksi Penjualan Eceran April 2024 Tumbuh, Ditopang Belanja Idul Fitri

BI memperkirakan kinerja penjualan eceran bulan April 2024 tetap tumbuh, didorong oleh momen Idul Fitri.

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

7 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

9 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

11 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

13 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya