Jenderal Top AS Tak Yakin Ukraina Menang Lawan Rusia Tahun Ini

Reporter

Tempo.co

Minggu, 2 April 2023 12:40 WIB

Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark A. Milley. REUTERS/Johanna Geron

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan dalam bahwa Ukraina tidak mungkin mengusir semua pasukan Rusia dari wilayahnya tahun ini. “(Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky telah berkali-kali menyatakan secara terbuka bahwa tujuan Ukraina adalah mengusir setiap orang Rusia dari Ukraina yang diduduki Rusia," kata Milley saat diwawancara oleh Defense One.

"Dan itu adalah tugas militer yang signifikan. Tugas militer yang sangat, sangat sulit. Anda sedang melihat beberapa ratus ribu orang Rusia yang masih berada di Ukraina yang diduduki Rusia."

Baik Ukraina maupun Rusia tidak menunjukkan tanda-tanda ingin bernegosiasi untuk menyelesaikan perang, menurut Milley kepada Financial Times pada 16 Februari 2023. Namun dia mengatakan tak tertutup kemungkinan bahwa perang Rusia Ukraina akan berakhir di meja perundingan. Ini bukan pertama kalinya Milley mengatakan perang akan berakhir dengan negosiasi.

Pada November 2022, dia membangkitkan kemarahan pejabat Ukraina ketika mengatakan bahwa Ukraina harus menggunakan kemunduran Rusia dengan merundingkan penyelesaian damai. Dia kemudian mengklarifikasi pernyataannya. Milley menambahkan bahwa terserah Ukraina untuk memutuskan bagaimana atau kapan atau jika mereka akan bernegosiasi dengan Rusia.

"Saya tidak mengatakan itu tidak bisa dilakukan. Saya hanya mengatakan itu adalah tugas yang sangat sulit," ujarnya saat itu.

Advertising
Advertising

Presiden Volodymyr Zelensky berkali-kali mengatakan bahwa tujuan Ukraina adalah menghilangkan kehadiran Rusia dari seluruh negaranya. “Tujuan utamanya adalah de-okupasi. Kami tidak bisa membiarkan Rusia melanjutkan pendudukan yang sama yang mereka mulai pada 2014,” kata Zelensky dalam sebuah wawancara dengan CNN pada akhir 2022.

Pintu negosiasi antara Ukraina dan Rusia masih tertutup rapat. Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Galuzin mengatakan bahwa Ukraina harus bersikap netral serta menolak bergabung dengan NATO dan Uni Eropa jika ingin memulai pembicaraan damai dengan Rusia.

“Kami ingin status Ukraina yang netral dan nonblok, penolakannya untuk bergabung dengan NATO dan EU, dan konfirmasi status bebas nuklir Ukraina serta pengakuan oleh Kiev dan komunitas internasional atas kenyataan teritorial baru,” ujar Galuzin dalam sebuah wawancara dengan jaringan berita Rusia RTVI seperti dilansir dari ANTARA.

Galuzin mengatakan bahwa Moskow meyakini perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina dan Eropa bisa terwujud ketika konflik antara pasukan Rusia dan Ukraina berakhir. Dia juga menegaskan bahwa perdamaian dapat tercapai jika negara-negara Barat berhenti memasok persenjataan ke Kiev.

Galuzin mengatakan bahwa Ukraina telah menolak mempertimbangkan jalur diplomatik dalam penyelesaian perang tersebut. Dia juga mengatakan bahwa belum ada perubahan signifikan dalam posisi Ukraina karena Kiev terus mengandalkan solusi militer untuk konflik tersebut.

KYIEV INDEPENDENT | PRAVDA.COM.UA | ANTARA

Pilihan Editor: Adik Kim Jong Un Tuduh Ukraina Berambisi Punya Senjata Nuklir

Berita terkait

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

1 jam lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

2 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

14 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

17 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

19 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

20 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

21 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

22 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

23 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

23 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya