Setahun Perang Rusia Ukraina, Oposisi Rusia Alexei Navalny Sebut Putin Hancurkan Masa Depan Rusia
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Naufal Ridhwan
Jumat, 24 Februari 2023 18:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara, Alexei Navalny mengatakan pada Senin, 20 Februari 2023 bahwa pasukan Moskow telah melakukan kejahatan perang di Ukraina dan dia menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menghancurkan masa depan Rusia demi ambisi pribadinya sendiri.
Dalam sebuah postingan di media sosial menjelang peringatan satu tahun invasi Ukraina pada 24 Februari 2023, Navalny mengatakan Rusia telah mencapai titik terendahnya dan hanya dapat pulih setelah "kediktatoran Putin" diakhiri dan Moskow bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan selama perang di Kyiv.
“Puluhan ribu orang Ukraina yang tidak bersalah telah dibunuh dan rasa sakit serta penderitaan menimpa jutaan lainnya. Kejahatan perang telah dilakukan,” kata Navalny melalui Twitter yang dikelola oleh rekan-rekannya, di mana dia juga menyerukan penyelidikan internasional atas tuduhan kekejaman.
Navalny menjalani hukuman penjara di Rusia atas tuduhan penipuan sebagai pembalasan politik atas tahun-tahun yang dihabiskannya untuk mencerca Kremlin.
Dia terus berbicara menentang Putin dari penjara. Bulan ini dia mengatakan dia telah dipindahkan ke penjara yang lebih keras selama enam bulan ke depan.
“Alasan sebenarnya dari perang ini adalah masalah politik dan ekonomi di Rusia, keinginan Putin untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara apa pun, dan obsesinya terhadap warisan sejarahnya sendiri. Dia ingin tercatat dalam sejarah sebagai 'tsar penakluk'...," kata Navalny dalam cuitan, Senin.
Dia mengatakan kekalahan Rusia di medan perang "tak terhindarkan", dan bahwa Moskow harus menarik pasukannya dari Ukraina dan mengakui perbatasannya seperti yang ditetapkan pada tahun 1991 setelah jatuhnya Uni Soviet.
Itu akan mencakup semenanjung Krimea yang dianeksasi. Meski demikian, Navalny, yang telah dikritik di masa lalu karena pernyataan ambigu mengenai posisinya dalam aneksasi Moskow tahun 2014, tidak secara eksplisit menyebut Krimea dalam postingannya.<!--more-->
Navalny mengatakan Rusia berhutang kepada Ukraina, menunjukkan bahwa mereka dapat keluar dari ekspor energi Moskow dalam skenario pascaperang di masa depan, dan dia mengecam Putin karena menghancurkan masa depan Rusia sendiri hanya untuk membuat negara Rusia terlihat lebih besar di peta.
“Kami telah mencapai titik terendah. Kita perlu membongkar rezim Putin dan kediktatorannya,” kata Navalny.
Kremlin telah melarang organisasi Navalny dan telah meningkatkan kampanye melawan kritik atas apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina, menangkap banyak rekan Navalny, antara lain, atas dasar keamanan nasional.
Pada tahun 2020, saat berkampanye di Siberia, Navalny diracun dengan apa yang dikatakan para ahli senjata kimia Eropa sebagai agen saraf dalam upaya pembunuhan yang disponsori negara. Namun, Moskow membantah mencoba membunuh Navalny.
Kabar Terbaru Perang Rusia Ukraina
Konflik Ukraina sejauh ini merupakan pertaruhan terbesar seorang pemimpin Kremlin setidaknya sejak jatuhnya Uni Soviet 1991. Menurut para pemimpin Barat seperti Presiden AS Joe Biden dia harus kalah.
Pasukan Rusia telah mengalami tiga pembalikan medan perang utama sejak perang dimulai tetapi masih menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina. Puluhan ribu orang telah terbunuh.
Putin mengatakan Rusia sekarang terkunci dalam pertempuran eksistensial dengan Barat yang arogan yang menurutnya ingin memotong Moskow dan mencuri sumber daya alamnya yang besar.
Dengan Barat mendukung Ukraina, posisi China telah mendapat sorotan dalam beberapa pekan terakhir. Diplomat top China, Wang Yi, akan segera mengunjungi Moskow.
Wang Yi bahkan diprediksi mungkin bertemu Putin. Amerika Serikat mengatakan khawatir Beijing mungkin mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Rusia.
Pasokan senjata China ke Rusia akan berisiko meningkatkan potensi perang Ukraina menjadi konfrontasi antara Rusia dan China di satu sisi dan Ukraina serta aliansi militer NATO pimpinan AS di sisi lain.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengunjungi Kyiv pada Senin, 20 Februari 2023, pertama kali sejak perang meletus. Washington menyampaikan komitmennya untuk mendukung Ukraina sampai akhir.
AL ARABIYA | REUTERS
Pilihan Editor: 5 Pernyataan Putin dalam Sepekan Terakhir, Klaim Rusia Tidak Akan Kalah