Media Asal Rusia Mulai Jadi Incaran Sanksi Uni Eropa

Reporter

magang_merdeka

Kamis, 15 Desember 2022 16:00 WIB

Bendera Uni Eropa berkibar di luar kantor pusat Komisi Eropa di Brussel, Belgia 21 Agustus 2020. [REUTERS / Yves Herman]

TEMPO.CO, Jakarta - Paket sanksi kesembilan Uni Eropa kemungkinan akan menyerang media asal Rusia, di antaranya Russia Today (RT.com), Media itu dituduh sebagai ancaman terhadap ketertiban dan keamanan masyarakat Uni Eropa.

Hal ini dilaporkan oleh EU Observer pada hari Senin, 12 Desember 2022 dengan mengutip draf sebuah dokumen. Disebutkan, anggota parlemen Uni Eropa ingin membekukan semua aset Uni Eropa dari ANO TV-Novosti, yakni perusahaan induk RT (Russia Today), yang mereka tuduh sangat mendistorsi dan memanipulasi fakta.

Paket sanksi berikutnya juga akan memberikan sanksi secara pribadi pada sekitar 200 individu dan perusahaan serta mencabut lisensi siaran untuk tiga saluran Rusia, yakni NTV/NTV Mir, Rossiya 1, dan REN TV – yang juga dituduh mencoba menggoyahkan negara-negara anggota Uni Eropa.

Advertising
Advertising

Langkah tersebut dilakukan Uni Eropa ketika saluran media Rusia, termasuk RT dan divisi berbahasa Jermannya, RT DE, mendapat kecaman dari petinggi negara-negara Barat dan media karena menyebarkan apa yang mereka sebut propaganda dan poin pembicaraan Kremlin.

RT, Sputnik, dan sebagian besar outlet berita utama Rusia lainnya telah dilarang mengudara di Uni Eropa sejak Moskow meluncurkan operasi militer khususnya di Ukraina pada akhir Februari. Namun, sebuah studi yang dilakukan oleh jaringan editorial Jerman (RND) menemukan banyak warga di Eropa melanggar larangan tersebut dengan terus membaca dan menonton saluran tersebut melalui Telegram, YouTube, dan sumber daya lainnya.

Baca juga: Diduga Terlibat dengan Garda Revolusi Iran, Pengusaha Turki Kena Sanksi dari AS

Sebelumnya pada awal Desember 2022, Insider mewartakan jajak pendapat CeMAS menemukan hampir 44 persen warga Jerman mendukung gagasan Putin berperang melawan elit global, yang diam-diam mengendalikan dunia. Outlet itu juga menemukan jaringan besar saluran Telegram berbahasa Jerman yang berbagi konten pro-Rusia.

Pejabat di Uni Eropa menyerukan ada tindakan yang lebih tegas untuk menyensor konten Rusia di dalam blok tersebut. Wakil pemimpin kelompok Persatuan Parlemen Andrea Lindholz menyarankan pembentukan komisi pelaporan khusus untuk mengumpulkan dan memeriksa contoh-contoh “disinformasi Rusia.

"Sekarang semuanya menjadi lebih mahal, ada risiko bahwa orang akan lebih mudah menerima berita palsu pro-Rusia,” jelasnya.

Sekjen Federasi Jurnalis Eropa Ricardo Gutierrez mengecam Uni Eropa karena menyensor Sputnik dan RT tanpa melalui regulator media negara. Dalam wawancara dengan France 24 pekan lalu, dia mengingatkan pendekatan semacam itu mengancam kebebasan pers di Eropa.

"Aturannya sangat jelas di bidang ini: Kalau saluran televisi ini melanggar aturan penyiaran, dengan menghasut kebencian misalnya, ya harus dilarang. Tetapi tidak cukup untuk mengatakan kalau mereka adalah propagandis,” kata Gutierrez.

RT | Nugroho Catur Pamungkas

Baca juga: Najwa Shihab Dapat Penghargaan Australian Alumni of the Year

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

KKP Optimistis Ikan Kaleng Indonesia Tembus Pasar Uni Eropa dan Amerika

4 jam lalu

KKP Optimistis Ikan Kaleng Indonesia Tembus Pasar Uni Eropa dan Amerika

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP optimistis ikan kaleng Indonesia tembus pasar Uni Eropa dan Amerika.

Baca Selengkapnya

Ucapan Duka Mengalir untuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, dari Putin Hingga Anwar Ibrahim

22 jam lalu

Ucapan Duka Mengalir untuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, dari Putin Hingga Anwar Ibrahim

Para pemimpin dunia pada Senin 20 Mei 2024 bereaksi atas kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dan delegasi yang tewas dalam kecelakaan helikopter

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

2 hari lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Ragam Pendapat Soal Implikasi RUU Penyiaran terhadap Kebebasan Pers

4 hari lalu

Ragam Pendapat Soal Implikasi RUU Penyiaran terhadap Kebebasan Pers

Pakar mengingatkan konsekuensi hukum dari RUU Penyiaran, yang dapat meningkatkan risiko kriminalisasi terhadap jurnalis.

Baca Selengkapnya

Tanggapi RUU Penyiaran, Pakar Media Unair Singgung Peran KPI dan Dewan Pers

4 hari lalu

Tanggapi RUU Penyiaran, Pakar Media Unair Singgung Peran KPI dan Dewan Pers

RUU Penyiaran disarankan mendukung ekosistem digital dan tidak menghambat penyebaran informasi.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

4 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

5 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

5 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

5 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

5 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya