Amerika Serikat Mendukung Protes Damai di China

Reporter

Terjemahan

Editor

Sapto Yunus

Selasa, 29 November 2022 13:59 WIB

Warga memegang kertas putih sebagai protes atas pembatasan COVID-19, di Beijing, China, 27 November 2022. REUTERS/ Thomas Petrus

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat John Kirby pada Senin, 28 November 2022, menegaskan kembali bahwa pemerintah Presiden Joe Biden mendukung protes damai di China.

Baca: Gedung Putih Mengawasi Informasi yang Salah di Twitter

Kirby mengatakan ini adalah momen untuk menegaskan kembali apa yang Amerika yakini terkait dengan kebebasan berkumpul dan protes damai.

“Apakah itu orang-orang yang memprotes di China atau Iran atau di mana pun di seluruh dunia, tidak ada yang berubah tentang keyakinan kuat presiden pada kekuatan demokrasi dan institusi demokrasi dan betapa pentingnya hal itu,” kata Kirby seperti dikutip Al Arabiya, Selasa, 29 November 2022.

Dia menambahkan bahwa Biden akan melihat kejadian di China dengan cermat.

Advertising
Advertising

Protes yang meluas belum pernah terjadi sebelumnya sejak tentara menghancurkan gerakan prodemokrasi yang dipimpin mahasiswa pada 1989 yang berpusat di Lapangan Tiananmen Beijing.

Sebagian besar pengunjuk rasa memusatkan kemarahan mereka pada pembatasan yang dapat mengurung keluarga di rumah mereka selama berbulan-bulan. Kebijakan penguncian Covid-19 itu telah dikritik sebagai tidak ilmiah dan tidak efektif. Beberapa mengeluh sistem gagal untuk menanggapi kebutuhan mereka.

Teriakan yang meminta pengunduran diri Presiden Xi Jinping dan berakhirnya Partai Komunis yang telah memerintah China selama 73 tahun dapat dianggap sebagai hasutan, yang dapat dihukum penjara.

Tidak jelas apakah protes akan meluas. Sensor pemerintah menghapus video dan pesan yang mendukung protes di Internet. Para analis mengatakan, kecuali perpecahan muncul, Partai Komunis harus mampu menahan perbedaan pendapat.

Langkah-langkah ketat China pada awalnya diterima untuk meminimalkan kematian sementara negara-negara lain menderita gelombang infeksi yang menghancurkan, tetapi kebijakan itu mulai goyah dalam beberapa pekan terakhir.

China kini menjadi satu-satunya negara besar yang masih berusaha menghentikan penularan virus yang pertama kali terdeteksi di pusat kota Wuhan pada akhir 2019 itu.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang biasanya mendukung, menyebut kebijakan nol Covid-19 tidak berkelanjutan. Beijing menyatakan pernyataannya itu tidak bertanggung jawab, tetapi penerimaan publik terhadap pembatasan tersebut kian menipis.

Baca: Rishi Sunak Mengatakan Era Keemasan Inggris dengan China Telah Berakhir

AL ARABIYA

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

20 jam lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

21 jam lalu

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

Berapa jumlah penduduk bumi saat ini? Hingga tahun 2024, penduduk bumi mencapai hampir 10 miliar. Berikut ini daftar negara dengan populasi terbanyak.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

1 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

2 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

2 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

3 hari lalu

Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

3 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

3 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya