Penyelesaian Masalah Perubahan Iklim Butuh Kerja Sama

Reporter

magang_merdeka

Kamis, 17 November 2022 12:00 WIB

Proyek Food Estate yang disebutkan sudah gagal di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Situasi hutan yang sudah gundul ini ditunjukkan dalam aksi bagi pemimpin dunia di Konferensi Perubahan Iklim PBB COP27 dan KTT G20, pada Kamis 10 November 2022. (Greenpeace)

TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim merupakan masalah global yang membutuhkan kerja sama semua bangsa. Itulah mengapa saat ini lebih dari 30 surat kabar dan organisasi media di lebih dari 20 negara telah mengambil pandangan yang sama tentang apa yang perlu dilakukan mengingat waktu hampir habis.

Alih-alih keluar dari bahan bakar fosil dan beralih ke energi bersih, banyak negara kaya berinvestasi kembali pada sektor minyak dan gas. Mereka juga gagal memotong emisi dengan cukup cepat dan tawar-menawar bantuan yang siap dikirim ke negara miskin.

Bumi berjalan menuju titik, di mana tidak ada jalan kembali, di mana kekacauan iklim menjadi tidak dapat diubah.

Seperti dilansir dari Guardian, sejak KTT COP26 di Glasgow, Inggris pada 12 bulan lalu, negara-negara yang hadir hanya berjanji melakukan satu perlima puluh dari apa yang diperlukan untuk tetap berada di jalur menjaga suhu bumi dalam 1,5°C dari tingkat pra-industri.

Tidak ada benua yang bebas dari bencana cuaca ekstrem tahun ini, mulai dari banjir di Pakistan, gelombang panas di Eropa, kebakaran hutan di Australia hingga angin topan di Amerika Serikat. Mengingat kondisi ini berasal dari suhu tinggi sekitar 1,1 C, maka kondisi dunia mendatang diperkirakan akan jauh lebih buruk.

Saat ini, banyak negara berusaha mengurangi ketergantungan mereka pada Rusia. Dampaknya, dunia mengalami 'demam' untuk proyek bahan bakar fosil baru.

Hal Ini dilakukan sebagai tindakan pasokan sementara, tetapi risikonya bisa mengunci bumi ke dalam kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Semua ini menggarisbawahi bahwa umat manusia harus mengakhiri kecanduannya pada bahan bakar fosil. Jika energi terbarukan sudah menjadi bagian dari kehidupan, maka tidak akan ada darurat iklim.

Kelompok masyarakat miskin di dunia akan menanggung beban kehancuran yang ditimbulkan oleh kekeringan, lapisan es yang mencair, dan gagal panen. Untuk melindungi kelompok-kelompok ini dari kehilangan nyawa dan mata pencaharian, maka pengorbanan dilakukan yang salah satunya pengorbanan uang.

Sebuah laporan menyebut dibutuhkan US$2 triliun (Rp 31.380 triliun) setiap tahun untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi kerusakan iklim.

Baca juga: COP27, Rishi Sunak Tagih Janji Upaya Atasi Perubahan Iklim

Negara-negara di dunia memiliki tanggung jawab moral yang jelas untuk membantu. Negara-negara berkembang harus diberi dana yang cukup untuk mengatasi risiko bahaya yang tidak banyak mereka ciptakan - terutama saat resesi global membayangi.

Negara-negara kaya harus memenuhi janji komitmen dana sebelumnya – seperti $100 miliar per tahun dari tahun 2020 – untuk menandakan keseriusan mereka. Setidaknya, dana darurat atas keuntungan gabungan dari perusahaan minyak dan gas terbesar, yang diperkirakan hampir $100 miliar dalam tiga bulan pertama pada tahun ini, perlu diberlakukan.

PBB benar meminta uang tunai digunakan untuk mendukung kelompok paling rentan. Tapi uang pungutan seperti itu hanya akan menjadi permulaan. Negara-negara miskin juga memiliki utang yang tidak memungkinkan untuk pulih setelah bencana iklim atau melindungi diri dari bencana di masa depan. Kreditur harus bermurah hati dalam menghapuskan utang negara-negara miskin yang berada di garis depan darurat iklim.

Langkah-langkah ini tidak perlu menunggu tindakan internasional yang terkoordinasi. Negara-negara dapat menerapkannya di tingkat regional atau nasional. Emisi kumulatif suatu negara harus menjadi dasar tanggung jawabnya dalam bertindak.

Memecahkan krisis di zaman sekarang seperti cahaya bulan. Mendapatkan keberhasilan dalam satu dekade karena sumber daya yang sangat besar dicurahkan untuk itu. Komitmen serupa dibutuhkan sekarang. Tetapi krisis ekonomi telah mengurangi selera belanja negara-negara kaya dan bumi berisiko terjebak dalam ketergantungan bahan bakar fosil oleh tindakan barisan belakang bisnis-bisnis besar.

Selama pandemi Covid-19, bank sentral di seluruh dunia melumasi pengeluaran negara dengan membeli obligasi pemerintah mereka sendiri. Triliunan dolar yang dibutuhkan untuk menangani keadaan darurat ekologi menuntut pengembalian pemikiran radikal seperti itu.

Ini bukan waktunya sikap apatis atau berpuas diri; urgensi saat ini ada pada semua pihak. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim harus tentang kekuatan argumen bukan argumen kekuasaan.

Kunci untuk mempertahankan konsensus di Mesir (COP27) adalah dengan tidak membiarkan perselisihan perdagangan dan perang di Ukraina menghalangi diplomasi iklim global. Proses PBB mungkin tidak sempurna. Tapi itu telah memberi negara target untuk menyelamatkan planet ini, yang harus dikejar di COP27 untuk mencegah risiko eksistensial bagi umat manusia.

GUARDIAN | Nugroho Catur Pamungkas

Baca juga: Mesir Mata-Matai Delegasi Jerman di COP27 , Tersinggung Ucapan Scholz?

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Telkomsat dan Starlink Tandatangani Kerja Sama Layanan Segmen Enterprise di Indonesia

1 jam lalu

Telkomsat dan Starlink Tandatangani Kerja Sama Layanan Segmen Enterprise di Indonesia

Telkomsat dan Starlink melakukan Penandatanganan Kerja Sama (PKS) untuk layanan segmen enterprise berbagai wilayah di Indonesia.

Baca Selengkapnya

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

8 jam lalu

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

Sebanyak 13 negara melayangkan surat pernyataan bersama untuk Israel yang berisi peringatan jika nekat menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Pertamina Hulu Energi dan ExxonMobil Kerja Sama Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di IPA CONVEX ke-38

1 hari lalu

Pertamina Hulu Energi dan ExxonMobil Kerja Sama Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di IPA CONVEX ke-38

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjajaki kerja sama dengan ExxonMobil Indonesia melalui pengembangan Asri Basin Project CCS Hub.

Baca Selengkapnya

PHE Tandatangani Kerja Sama Carbon Capture dengan ExxonMobil

2 hari lalu

PHE Tandatangani Kerja Sama Carbon Capture dengan ExxonMobil

Melalui penguatan kerja sama ini, PHE dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS/CCUS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES)

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

3 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya

Wakil Menteri Luar Negeri Soroti 5 Hal Ini dalam Pertemuan UNCTAD

3 hari lalu

Wakil Menteri Luar Negeri Soroti 5 Hal Ini dalam Pertemuan UNCTAD

Wakil Menteri Luar Negeri mengingatkan negara berkembang mengimbau negara berkembang tingkatkan kerja sama karena ada persaingan geopolitik

Baca Selengkapnya

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

3 hari lalu

RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama

Baca Selengkapnya

Duta Besar Masaki Yasushi Beri Penghargaan kepada Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang

3 hari lalu

Duta Besar Masaki Yasushi Beri Penghargaan kepada Ketua Perhimpunan Alumni dari Jepang

Perhimpunan Alumni dari Jepang (PERSADA) Jawa Barat telah berkontribusi mempromosikan hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup Melemah di Sesi I, Saham ASII Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG melemah di sesi pertama hari ini, menutup sesi di level 7,082.9 atau -0,22 persen.

Baca Selengkapnya

Inilah Daftar 143 Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

5 hari lalu

Inilah Daftar 143 Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Ada sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota PBB, termasuk Indonesia. Berikut daftarnya.

Baca Selengkapnya