99 Tahun Deklarasi Republik Turki, Seberapa Besar Peran Mustafa Kemal Ataturk?

Minggu, 30 Oktober 2022 09:22 WIB

Pemerintah berencana mengganti nama sebuah jalan di Jakarta menjadi Jalan Mustafa Kemal Ataturk, presiden pertama Turki. Langkah ini merupakan aksi balasan terhadap keputusan pemerintah Turki menggunakan nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, sebagai nama ruas jalan di depan KBRI Ankara.

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai salah satu negara berpengaruh di dunia, Turki memiliki sejarah panjang dari era Kesultanan Ottoman hingga berbentuk republik seperti saat ini. Salah satu momen fundamental di Turki terjadi pada hari ini 99 tahun lalu atau 29 Oktober 1923.

Dikutip dari Britannica, pada 29 Oktober 1923, Turki menyatakan diri sebagai negara republik dan memilih Mustafa Kemal Ataturk sebagai presiden pertama. Kemudian, pada 3 Maret 1924, konsep kekhalifahan dihapuskan di Turki dan semua anggota Dinasti Utsmaniyah diusir dari Turki.

Walaupun deklarasi republik berlangsung pada 1923, sistem pemerintahan demokrasi baru diadopsi secara penuh pada 20 April 1924.

Mulanya, Turki masih tetap mempertahankan agama Islam sebagai salah satu agama negara. Namun, di bawah kepemimpinan Kemal Ataturk pada April 1928, Turki berubah menjadi republik sekuler murni.

Baca: Mustafa Kemal Ataturk, Sosok yang Menginspirasi Soekarno

Advertising
Advertising

Masa Awal Republik Turki di Bawah Kemal Ataturk

Terpilih sebagai Presiden Turki pertama, Mustafa Kemal Ataturk mendominasi pemerintahan melalui partainya, Partai Rakyat Republik atau Cumhuriyet Halk Partisi hingga tahun 1950. Britannica menyebut bahwa sepanjang kepemimpinan ini, majelis di Turki juga didominasi oleh laki-laki dari perkotaan dengan latar belakang pendidikan tinggi.

Saat itu, secara politis, Kemal Ataturk memiliki sedikit lawan. Salah satu oposisi partainya adalah Partai Republik Progresif yang hanya beranggotakan 29 orang. Sementara itu, partai oposisi lain, yaitu Partai Republik Liberal, bahkan tidak bisa bertahan lebih dari enam bulan. Britannica memperkirakan partai ini berdiri pada Agustus dan bubar pada Desember 1930.

Selain kondisi politik yang homogen, kala itu, Turki mengenal istilah Kebijakan Kemalist, yaitu enam prinsip dasar Mustafa Kemal, meliputi republicanism (pembentukan republik), nasionalisme, populisme, statism, sekularisme, dan revolusi.

Secara bahasa, populisme berarti paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak dan keutamaan rakyat kecil. Namun, di bawah Ataturk, paham ini ditafsirkan dengan tujuan memobilisasi dukungan rakyat terhadap pemerintah melalui pembentukan Rumah Rakyat pada 1931 - 1951.

Sementara itu, Britannica menyebut statism sebagai gerakan menuju pembangunan ekonomi yang dikendalikan negara. Saat itu, pada 1934, pemerintahan Ataturk menyusun rencana lima tahunan, tetapi rencana ini justru memberikan hasil yang mengecewakan.

Walaupun Ataturk kerap dinilai cenderung otoriter, peran Ataturk sebagai bapak pendiri bangsa Republik Turki tetap diakui oleh dunia internasional. Masa republik Turki di bawah kepemimpinan Ataturk berakhir pada 1938 ketika Ataturk meninggal akibat penyakit kronis hati.

Pengubahan Nama, Turki Masa Kini, dan Presiden Erdogan

Lebih dari sembilan dekade sejak dideklarasikan sebagai negara republik, kini Turki masih tetap berdiri sebagai republik dan bahkan turut tergabung dalam Forum G20, yaitu perkumpulan sejumlah negara dengan kekuatan ekonomi besar di dunia.

Merujuk laporan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, saat ini, secara konstitusi, Turki masih merupakan negara sekuler dengan sistem pemerintahan demokrasi serta dilindungi di bawah supremasi hukum. Namun, merujuk sejumlah sumber, pertumbuhan dan jumlah penganut agama Islam di Turki merupakan yang terbesar.

Sementara itu, sejak 2014, Turki dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan. Sebelumnya, Erdogan diketahui sempat menjabat sebagai Perdana Menteri Turki sejak 2013 hingga 2014.

Di bawah Erdogan, perubahan terbesar dan terkini dari Turki, sepertinya pengubahan penulisan dan penyebutan nama Turki dalam bahasa asing yang semula ditulis Turkey menjadi Turkiye.

Menurut beberapa sumber, Erdogan meminta komunitas internasional untuk menyebut dan menulis nama negara Turki sebagai Turkiye sebab kata Turkey kerap dipadankan dengan hewan kalkun (dalam bahasa Inggris disebut Turkey) yang kerap dijadikan sebagai hewan hidangan dalam perayaan Thanksgiving.

Terlepas dari kebenaran pengubahan nama internasional tersebut, pada Juni 2022 lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa alias PBB menyepakati perubahan nama Turki menjadi Turkiye untuk segala urusan internasional.

ACHMAD HANIF IMADUDDIN

Baca juga: Bapak Turki Mustafa Kemal Ataturk dan Langkah Penuh Kontroversi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum PBB, Ini Profilnya

2 jam lalu

Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum PBB, Ini Profilnya

Posisi Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra digantikan Fahri Bachmid anggota tim kuasa hukum Prabowo-Gibran dan pengacara Firli Bahuri di praperadilan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta PBB Berbuat Lebih untuk Selesaikan Masalah Palestina

14 jam lalu

Jokowi Minta PBB Berbuat Lebih untuk Selesaikan Masalah Palestina

Presiden Jokowi menilai PBB perlu bertindak lebih menyelesaikan akar persoalan konflik, yakni pendudukan ilegal Israel atas tanah Palestina.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Timor Timur Jadi Negara Timor Leste, Apa yang Terjadi Usai Referendum 2002?

14 jam lalu

Kilas Balik Timor Timur Jadi Negara Timor Leste, Apa yang Terjadi Usai Referendum 2002?

Timor Timur atau yang sekarang disebut Timor Leste menjadi sebuah negara berdaulat 22 tahun lalu. Sebelumnya dilakukan referendum.

Baca Selengkapnya

Ucapan Duka Mengalir untuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, dari Putin Hingga Anwar Ibrahim

17 jam lalu

Ucapan Duka Mengalir untuk Presiden Iran Ebrahim Raisi, dari Putin Hingga Anwar Ibrahim

Para pemimpin dunia pada Senin 20 Mei 2024 bereaksi atas kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi dan delegasi yang tewas dalam kecelakaan helikopter

Baca Selengkapnya

Rencana Yusril Ihza Mahendra Usai Tak Lagi Jadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang

1 hari lalu

Rencana Yusril Ihza Mahendra Usai Tak Lagi Jadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang

Yusril Ihza Mahendra resmi mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Apa langkah Yusril ke depannya?

Baca Selengkapnya

4 Fakta Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PPB Digantikan Fahri Bachmid

1 hari lalu

4 Fakta Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PPB Digantikan Fahri Bachmid

Fahri Bachmid resmi menggantikan Yusril Ihza Mahendra yang mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Berikut sederet faktanya.

Baca Selengkapnya

Reaksi Dunia terhadap Kabar Jatuhnya Helikopter Presiden Iran

1 hari lalu

Reaksi Dunia terhadap Kabar Jatuhnya Helikopter Presiden Iran

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi jatuh di sebuah pegunungan di tengah kabut, nasibnya hingga berita ini diturunkan belum diketahui.

Baca Selengkapnya

Apa Alasan Negara-negara di Pasifik Menolak Palestina sebagai Anggota Penuh PBB?

1 hari lalu

Apa Alasan Negara-negara di Pasifik Menolak Palestina sebagai Anggota Penuh PBB?

Berikut alasan negara-negara di Pasifik menolak status anggota penuh Palestina di PBB.

Baca Selengkapnya

Konservasi Indonesia Ajak Swasta Wujudkan Visi BIRU

1 hari lalu

Konservasi Indonesia Ajak Swasta Wujudkan Visi BIRU

Konservasi Indonesia (KI), Conservation International (CI), Kura-Kura Bali, dan MAPCLUB meresmikan program BIRU.

Baca Selengkapnya

Didorong Jadi Sekjen PBB, Pernahkah Presiden Jokowi Hadir dalam Sidang Umum PBB?

1 hari lalu

Didorong Jadi Sekjen PBB, Pernahkah Presiden Jokowi Hadir dalam Sidang Umum PBB?

Hingga tahun terakhir menjabat, Presiden Jokowi tidak pernah hadir secara langsung dalam Sidang Umum PBB.

Baca Selengkapnya