Biden Ingatkan Ancaman Nuklir Putin Tak Main-main: Berisiko Armageddon

Reporter

Tempo.co

Jumat, 7 Oktober 2022 17:18 WIB

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin tiba untuk KTT AS-Rusia di Villa La Grange di Jenewa, Swiss 16 Juni 2021. Saul Loeb/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengingatkan ihwal ancaman Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina tak main-main. Bila nuklir digunakan, maka dunia lebih dekat ke "Armageddon."

Baca: Ratusan Ribu Warga Rusia ke Luar Negeri Hindari Wamil ke Ukraina

"Untuk pertama kalinya sejak Kennedy dan krisis rudal Kuba, kami memiliki ancaman langsung terhadap penggunaan senjata nuklir," ujarnya kepada para donor Partai Demokrat di New York. Dalam Krisis Rudal Kuba 1962, Amerika Serikat di bawah Presiden John Kennedy dan Uni Soviet di bawah pemimpinnya, Nikita Khrushchev, nyaris menggunakan senjata nuklir atas kehadiran rudal Soviet di Kuba.

Putin, kata Biden, tidak bercanda ketika berbicara tentang potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata biologi atau kimia. Sebab kinerja tentara Rusia menurut Biden, buruk dalam perang di Ukraina.

“Saya tidak berpikir ada hal mudah (menggunakan) senjata nuklir taktis dan tidak berakhir dengan Armageddon,” kata Biden.

Biden mengatakan dia dan para pejabat AS sedang mencari jalan keluar diplomatik. "Kami mencoba mencari tahu apa yang menjadi kelemahan Putin. Di mana dia menemukan jalan keluar? Di mana dia menemukan dirinya dalam posisi yang tidak diinginkan. Tidak hanya kehilangan muka tetapi juga kehilangan kekuatan signifikan di Rusia," ujar Biden.

Advertising
Advertising

Saat invasi Putin selama tujuh bulan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Kyiv dengan cepat merebut kembali lebih banyak wilayah. Dalam pekan ini, pasukan Ukraina menguasai lebih dari 500 kilometer persegi di wilayah selatan.

Kegagalan Rusia di medan perang telah memancing kritik pedas dari sekutu Putin. Salah satunya adalah Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya yang meminta Putin menggunakan senjata nuklir untuk mengakhiri perang Ukraina.

Biden mengatakan prospek kekalahan bisa membuat Putin, putus asa dan memutuskan menggunakan senjata nuklir. Rusia dikhawatirkan menggunakan senjata nuklir taktis, yaitu perangkat jarak pendek untuk digunakan di medan perang, dibandingkan senjata strategis pada rudal jarak jauh.

"Saya tidak berpikir ada kemampuan dengan mudah (menggunakan) senjata nuklir taktis dan tidak berakhir dengan Armageddon," katanya.

Putin telah memperingatkan bahwa dia akan menggunakan segala cara yang diperlukan, termasuk persenjataan nuklir Rusia, untuk melindungi tanah Rusia. Pekan lalu dia juga mengklaim empat wilayah Ukraina yang dinyatakan telah dianeksasi.

Dalam sambutannya kepada Lowy Institute Australia, Zelensky meminta NATO meluncurkan serangan pencegahan ke Rusia agar Putin tak menggunakan senjata nuklir. Adapun juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengecam komentar itu sebagai seruan untuk memulai perang dunia dengan konsekuensi mengerikan yang tak terduga.

Baca juga: Putin Perintahkan PLTN Zaporizhzhia Diambil Alih Rusia, Ukraina Bertahan

REUTERS

Berita terkait

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

1 hari lalu

Biden Telepon Netanyahu Lagi Soal Rencana Serangan ke Rafah, Ini Katanya

Gedung Putih mengatakan Biden menegaskan kembali "posisinya yang jelas" ketika Israel berencana menyerang Kota Rafah, wilayah paling selatan di Gaza

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

2 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

2 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

18 Negara Ini Desak Hamas Terima Kesepakatan Bebaskan Sandera

4 hari lalu

18 Negara Ini Desak Hamas Terima Kesepakatan Bebaskan Sandera

Sekelompok 18 negara meminta Hamas untuk segera membebaskan sandera dan menerima perjanjian gencatan senjata.

Baca Selengkapnya

Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

4 hari lalu

Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

Jubir bahasa Arab untuk Deplu AS telah mengundurkan diri dari jabatannya karena penentangannya terhadap kebijakan Biden di Gaza.

Baca Selengkapnya

Unjuk rasa Pro-Palestina di Kampus-kampus AS Terus Berlangsung, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Unjuk rasa Pro-Palestina di Kampus-kampus AS Terus Berlangsung, Apa Penyebabnya?

Unjuk rasa Pro-Palestina mahasiswa di AS atas perang Gaza kian intensif dan meluas selama seminggu terakhir, termasuk di Yale dan New York University.

Baca Selengkapnya

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

5 hari lalu

Rusia Sebut Punya Persenjataan Cukup untuk Lawan Ukraina dan Bantuan Miliaran Dolar AS

Kedubes Rusia mengatakan persiapan negaranya sangat kuat untuk melawan Ukraina yang akan mendapat bantuan senilai miliaran dolar dari AS.

Baca Selengkapnya

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

5 hari lalu

Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

7 hari lalu

Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.

Baca Selengkapnya

Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

8 hari lalu

Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

Serangan brutal Israel pada Sabtu malam di Rafah menewaskan 18 orang, termasuk 14 anak-anak. Dokter berhasil menyelamatkan bayi dari jasad ibu hamil

Baca Selengkapnya