TEMPO.CO, Jakarta - Serangan brutal Israel pada Sabtu malam di Rafah menewaskan 18 orang, termasuk 14 anak-anak, kata pejabat kesehatan pada Ahad 21 April 2024.
Serangan pertama menewaskan seorang pria, istrinya dan anak mereka yang berusia tiga tahun, menurut rumah sakit Kuwait yang menerima jenazah mereka. Dokter berhasil menyelamatkan bayi dari jasad perempuan yang sedang hamil sembilan bulan itu, kata rumah sakit.
Baca Juga:
Serangan kedua menewaskan 13 anak-anak dan dua wanita, semuanya berasal dari keluarga yang sama, menurut catatan rumah sakit, menurut Associated Press.
Israel hampir setiap hari melakukan serangan udara di Rafah, di mana lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pengeboman Israel di tempat lain.
Israel dilaporkan telah mengerahkan artileri tambahan dan pengangkut personel lapis baja ke pinggiran Jalur Gaza, yang menunjukkan bahwa militer sedang mempersiapkan serangan darat ke Rafah. Para pejabat Israel mengklaim kelompok pejuang Palestina Hamas memiliki benteng terakhirnya di Rafah.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, sejumlah pemimpin negara sekutu Israel dan para pejabat PBB, telah memperingatkan bahwa serangan darat militer Israel ke Rafah akan menyebabkan “pertumpahan darah” warga sipil Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah berulang kali mengutarakan rencana menginvasi Rafah, yakni satu-satunya kota di Gaza yang masih belum mengalami kehancuran total. Tel Aviv meyakini, ada sisa empat batalion Hamas lagi yang berlindung di Rafah serta sejumlah komandan Hamas. Israel mengklaim satu batalion terdiri dari sekitar seribu anggota Hamas.
Sebelum melancarkan serangan, tentara Israel akan mengevakuasi warga sipil atau apa yang disebutnya pulau kemanusiaan di Gaza tengah. Israel meyakinkan di wilayah Gaza tengah, fasilitas makanan, air bersih dan fasilitas kesehatan akan disediakan. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, warga Palestina biasanya hanya mendapat janji palsu Israel.
Warga Gaza yang selamat dari gempuran di utara Gaza diminta pindah ke selatan Gaza atau yang disebut Israel sebagai koridor aman, yang masih belum dibombardir dan pembantaian belum terjadi. Saat ini, muncul pesimisme soal berapa banyak bantuan yang akan dikucurkan ke pulau-pulau kemanusiaan yang di maksud Israel tersebut. Muncul pula pertanyaan seberapa banyak tujuan propaganda dalam hal ini.
Pilihan Editor: Kementerian Pertahanan Israel Disebut Akan Beri 40 Ribu Tenda ke Warga Gaza Sebelum Serang Rafah
AL JAZEERA