Uni Eropa Tak Bisa Terus Jatuhkan Sanksi ke Rusia

Reporter

Tempo.co

Rabu, 31 Agustus 2022 20:30 WIB

Bendera Uni Eropa berkibar di luar kantor pusat Komisi Eropa di Brussel, Belgia 21 Agustus 2020. [REUTERS / Yves Herman]

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Luxembourg Jean Asselborn menilai Uni Eropa tidak bisa terus-menerus menjatuhkan sanksi ke Rusia. Cepat atau lambat Uni Eropa harus kembali ke diplomasi kendati Asselborn mengakui waktu untuk berdiplomasi belum tiba.

“Kita sedang mencoba memastikan kalau sanksi-sanksi sudah dijalankan. Anda tidak bisa terus-terusan menjatuhkan sanksi, sanksi, dan sanksi. Sebab pada saat yang sama, Anda perlu berfikir soal bagaimana kita kembali ke jalur diplomasi. Saya tahu, ini (diplomasi) belum siap dibahas,” kata Asselborn dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Praha, Rabu, 31 Agustus 2022.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi menerima kedatangan Menlu Luksemburg Jean Asselborn di kantor Kemenlu Jakarta, 30 Mei 2017. TEMPO/Albert

Advertising
Advertising

Menurut Asselborn, Uni Eropa pada akhirnya harus menemukan sebuah cara untuk menyelesaikan konflik Rusia – Ukraina. Pasalnya, sanksi-sanksi hanya melukai Uni Eropa sendiri. Uni Eropa adalah organisasi terbesar di Benua Biru.

Asselborn menyoroti fakta Gazprom yang menghentikan pengiriman gas ke Prancis dan Jerman adalah sebuah masalah besar. Gazprom adalah BUMN bidang energi dari Rusia

Sebelumnya pada Selasa, 30 Agustus 2022, Gazprom memangkas suplai gas ke Engie, yakni sebuah perusahaan sektor rumah tangga asal Prancis. Langkah tersebut diambil Gazprom setelah Engie gagal membayar gas yang dikirim pada Juli 2022

Sedangkan pada Rabu, 31 Agustus 2022, Gazprom membekukan sementara pengiriman gas ke Eropa yang melalui jalur pipa Nord Stream 1 dengan alasan sedang melakukan perawatan. Jalur pipa itu mengalirkan gas ke Jerman.

Ucapan Menteri Luar Negeri Asselborn itu disampaikan saat negara-negara seperti Austria, Prancis dan Jerman sudah mengambil sikap untuk menolak sebuah blanket yang akan melarang penerbitan visa bagi seluruh warga negara Rusia, yang ingin ke Eropa. Blanket itu disorongkan oleh beberapa negara anggota Uni Eropa seperti Polandia, Estonia dan Republik Ceko.

Asselborn meyakini, kebijakan seperti itu (melarang warga Rusia masih Eropa) hanya akan menciptakan sebuah tirai besi baru di Eropa. Asselborn pun berkeras warga negara Rusia seharusnya tidak menjadi sasaran sanksi-sanksi Uni Eropa.

Sumber: RT.com

Baca juga: Sudah Saling Mendukung, Rusia dan India Tak Butuh Dolar AS

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

2 jam lalu

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

Sebanyak 13 negara melayangkan surat pernyataan bersama untuk Israel yang berisi peringatan jika nekat menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Polres Bima Tangkap Pengoplos LPG 3 Kilogram, Sita Puluhan Tabung Gas

23 jam lalu

Polres Bima Tangkap Pengoplos LPG 3 Kilogram, Sita Puluhan Tabung Gas

Personel Polres Bima Kota mengungkap kasus pengoplosan gas bersubsidi di Kelurahan Jatibaru Barat, Asakota, Bima, NTB

Baca Selengkapnya

Sebut Sektor Migas Masih Menjanjikan, Kementerian ESDM Catat Komitmen Eksplorasi Rp 15 Triliun Sejak 2021

1 hari lalu

Sebut Sektor Migas Masih Menjanjikan, Kementerian ESDM Catat Komitmen Eksplorasi Rp 15 Triliun Sejak 2021

Kementerian ESDM menyatakan sektor minyak dan gas atau migas di Indonesia masih menjanjikan.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

1 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

1 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

1 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

2 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

2 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

3 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya