Kisah Mantan Pasukan Grup Wagner, Tentara Bayaran Rusia yang Identik dengan Kekejaman
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Sita Planasari
Jumat, 12 Agustus 2022 07:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Mantan anggota Grup Wagner, tentara bayaran Rusia, buka suara soal pengalamannya terlibat dalam kelompok tersebut. Menurutnya, grup yang disebut sering melakukan kekejaman itu, tidak memiliki status resmi, tapi dia dibayar per misi tanpa mendapat jaminan apa pun.
"Kamu menyelesaikan misi, dibayar, dan kamu bisa pergi berlibur," kata Marat Gabidullin kepada Al Jazeera, dikutip Kamis, 11 Agustus 2022.
Identitas Gabidullin telah dikonfirmasi baik oleh media Rusia atau Ukraina. Dia sekarang tinggal di Prancis selatan dan sedang dalam proses mencari suaka. Kini dia tengah menulis sebuah memoar berjudul 'In the Same River Twice', tentang pengalamannya.
Grup Wagner didirikan oleh perwira intelijen Dmitry Utkin pada 2014 untuk mendukung separatis Ukraina. Wagner sejak itu mewakili kepentingan Rusia dan sekutunya di seluruh Afrika dan Timur Tengah, termasuk mengambil bagian dalam perang saudara Suriah membantu Presiden Bashar al-Assad.
Pakar militer Rusia Pavel Luzin mengatakan, grup itu selalu menjadi bagian dari intelijen militer atau pasukan operasi khusus, dan tidak pernah otonom. Menurut Luzin, Wagner melayani dua tujuan.
Yang pertama adalah memanfaatkan individu-individu yang pemarah yang mungkin menimbulkan risiko keamanan di rumah. Yang kedua adalah untuk mendistribusikan kembali keseimbangan kekuasaan dari angkatan bersenjata resmi.
Gabidullin, yang bertugas di Wagner dari 2015 hingga 2019, mengatakan bahwa motifnya masuk grup itu murni hanya untuk uang. Menurutnya, dia mengambil bagian dalam kampanye Suriah, di mana ia terluka oleh ledakan granat selama pertempuran Palmyra.
“Pada saat itu, saya dalam keadaan depresi, tidak yakin apa yang harus dilakukan dengan diri saya sendiri, apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi. Saya sudah cukup lama menganggur. Kemudian saya mendengar tentang kesempatan ini untuk kembali ke pekerjaan saya sebelumnya – saya telah menjadi tentara profesional dan bertugas 10 tahun di angkatan udara."
“Ketika saya bergabung, sebagian besar orang di sana memiliki pengalaman tempur dari lebih dari satu perang – Chechnya, Georgia – dan sebagian besar berasal dari mereka yang telah berperang di Ukraina sejak 2014," kata Gabidullin.
ABC mewartakan, Grup Wagner ini merupakan perusahaan militer swasta. Mereka dituduh telah melakukan pekerjaan kotor Presiden Rusia Vladimir Putin di berbagai negara, dengan melakukan kejahatan perang di sepanjang jalan.
<!--more-->
Menurut intelijen AS dan Inggris, sekitar seribu tentara bayaran Grup Wagner, termasuk para pemimpin seniornya, telah dikerahkan ke wilayah timur Ukraina.
Dilaporkan pula bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selamat dari dua upaya pembunuhan oleh tentara bayaran Wagner.
Pemerintah AS percaya bahwa Grup Wagner dibiayai oleh oligark Rusia Yevgeny Prigozhin, yang memiliki hubungan dekat dengan Pemerintah Rusia. Prigozhin telah membantah adanya hubungan dengan kelompok tersebut.
Selama delapan tahun terakhir, Grup Wagner telah dituduh melakukan sejumlah pelanggaran. Tahun lalu, panel ahli PBB mengatakan Grup Wagner terlibat "pelanggaran berat hak asasi manusia dan pelanggaran hukum humanitarian internasional" bersama Angkatan Bersenjata Republik Afrika Tengah.
Laporan PBB menemukan alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa personel Wagner telah melakukan kejahatan perang di Libya. Pada 2020, Pentagon mengaku memiliki bukti bahwa tentara bayaran Rusia, Grup Wagner telah menanam ranjau darat dan bahan peledak lainnya di Libya.
Baca juga: 3 Jurnalis Rusia yang Tewas Tengah Selidiki Tentara Bayaran
SUMBER: AL JAZEERA | ABC