Nadia Murad Luncurkan Cara Buktikan Perkosaan dalam Perang, Bisa Seret Rusia?

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 14 April 2022 08:40 WIB

Pemenang Nobel Perdamaian Nadia Murad berbicara di Sinjar, Irak.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis hak asasi manusia Nadia Murad meluncurkan pedoman global tentang cara mengumpulkan bukti secara aman dan efektif dari para penyintas dan saksi kekerasan seksual dalam konflik.

Murad, yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2018 atas upayanya mengakhiri pemerkosaan sebagai senjata perang, pertama kali berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada 2015 dalam usia 22 - menggambarkan penyiksaan dan perkosaan yang dideritanya saat diperbudak oleh ISIS tahun sebelumnya.

Dijuluki Kode Murad, panduan baru ini dikembangkan dengan pendanaan Inggris oleh kelompok kampanye Nadia's Initiative dan Institut Investigasi Kriminal Internasional, yang bertujuan mengurangi risiko trauma lebih lanjut bagi para penyintas saat memberikan bukti.

“Kode Murad menjabarkan pedoman yang jelas dan praktis untuk memusatkan kebutuhan para penyintas saat mengumpulkan bukti, dan memastikan bahwa mereka menerima keadilan dan dukungan, bukan akibat. Para penyintas setidaknya layak mendapatkannya,” katanya di Markas PBB New York, Rabu, 13 April 2022.

Pengumuman itu muncul ketika PBB mengatakan semakin banyak mendengar laporan pemerkosaan dan kekerasan seksual di Ukraina dan kelompok hak asasi manusia Ukraina menuduh pasukan Rusia menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang. Sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Rusia telah membantah menyerang warga sipil.

Advertising
Advertising

"Saya terkejut dengan meningkatnya jumlah laporan kekerasan seksual oleh pasukan Rusia yang muncul dari konflik di Ukraina," kata Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dalam sebuah pernyataan, menggambarkan Kode Murad sebagai "langkah penting" menuju dukungan bagi para penyintas dan membawa pelaku ke pengadilan.

Murad bekerja dengan pengacara hak asasi manusia Amal Clooney untuk melobi Dewan Keamanan agar tim investigasi PBB mengumpulkan, melestarikan, dan menyimpan bukti di Irak tentang tindakan ISIS yang mungkin merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau genosida. Dewan membentuk tim pada tahun 2017 dan mulai bekerja setahun kemudian.

Berita terkait

Nimas Sabella 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi, Komnas Perempuan: Termasuk KGBO

2 jam lalu

Nimas Sabella 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi, Komnas Perempuan: Termasuk KGBO

Nimas Sabella, wanita asal Surabaya, selama 10 tahun diteror pria yang terobsesi dengannya. Kisahnya viral di media sosial

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

2 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

3 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

3 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Laporan Kasus Perkosaan Anak oleh Staf Kelurahan di Polres Tangsel Mandek 1,5 Tahun

4 hari lalu

Laporan Kasus Perkosaan Anak oleh Staf Kelurahan di Polres Tangsel Mandek 1,5 Tahun

Orang tua korban mempertanyakan penanganan kasus perkosaan ini di Polres Tangsel yang sudah ia laporkan sejak Oktober 2022.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

5 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

5 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya